Mohon tunggu...
Ailsa Kinasih
Ailsa Kinasih Mohon Tunggu... Mahasiswa - Ailsa

Mahasiswa Program Studi Pariwisata

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Short Escape to Solo

28 Juni 2023   00:32 Diperbarui: 28 Juni 2023   00:37 367
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumentasi penulis
Dokumentasi penulis

Baik, sekian cerita sisipan tentang angkot. Kembali ke Pasa Gedhe. Setelah memasuki lantai 2, saya dibuat bingung karena sangat banyak kios-kios makanan, mulai dari makanan khas Indonesia, hingga luar negeri, seperti makanan ala-ala Perancis dan Korea. 

Awalnya saya ingin mencicipi masakan Perancis yang antreannya sangat panjang. Saya pikir, "Wah ini enak banget kayaknya, ya, makanya banyak yang ngantre."  Namun, saya menggugurkan keinginan saya untuk makan di sana karena lebih tertarik untuk makan Nasi Liwet di kios sebelah.

Dokumentasi penulis
Dokumentasi penulis

Setelah perut terisi, saya melanjutkan perjalanan ke Kampung Batik Kauman. Awalnya, saya berniat untuk membeli kemeja batik. Akan tetapi, tidak banyak yang toko yang saya lihat hari itu sehingga saya menunda keinginan saya itu, terutama juga karena tidak ada yang sesuai dengan budget saya yang notabenenya ini adalah mahasiswa rantauan alias anak kos. 

Di tengah perjalanan mengelilingi Kampung Batik Kauman, saya mampir sejenak ke warung kelontong milik salah satu warga untuk membeli minum. Saya sempat bertanya, "Pak, ini kalau Sabtu-Minggu banyak yang tutup atau gimana ya, Pak? Soalnya saya lihat-lihat sepi banget." 

Akan tetapi, bapaknya berkata bahwa weekend malah seharusnya lebih ramai dan menyarankan saya untuk menyusuri jalan sebelah. Namun, hasilnya pun nihil. Saya memustuskan untuk pergi mencari asupan karena sudah kehabisan energi untuk jalan lebih jauh lagi.

Dokumentasi penulis
Dokumentasi penulis

Dokumentasi penulis
Dokumentasi penulis

Saya berjalan menyusuri gang-gang yang tembok-temboknya dihiasi banyak grafiti, penuh warna-warni. Setelah beberapa menit berjalan, akhirnya saya sampai di kedai es krim legend yang sudah berdiri sejak tahun 1952. 

Kedai ini terbilang cukup besar dan memiliki 2 lantai dengan interior yang sebagian besar berwarna hijau dan putih. Berbeda dengan kedai es krim kebanyakan, di mana pembeli memesan, kemudian membayar pesanannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun