Kemudian, adanya proyek IKN Nusantara yang memindahkan ibu kota negara dari Jakarta ke Kalimantan Timur. Proyek IKN Nusantara ini mengundang banyak kontroversi. Meskipun begitu, proyek ini dikatakan sebagai proyek andalan Jokowi untuk menciptakan pemerataan ekonomi, mengurangi over-population di pulau Jawa, dan kemacetan lalu lintas. Dalam proyek IKN Nusantara, Jokowi pernah menyatakan harapannya supaya BRI (Belt and Road Initiative) dapat ikut mendanai proyek milik Indonesia ini lagi.Â
Pendanaan BRI pernah membantu sebelumnya pada pembangunan Kereta Cepat Jakarta-Bandung atau Kereta Whoosh sebagai salah satu proyek besar Indonesia. Berdasarkan data dari Voaindonesia.com, Jokowi memandang sinergi BRI dalam pembangunan infrastruktur harus terus diperkuat. Namun, tidak melupakan esensi dari kepemilikan (sense of ownership) sebagai tuan rumah yang penting untuk memastikan keberlangsungan proyek. Proyek IKN ini juga diyakini dapat menarik perhatian investor dan sekitar 19 investor asing dari Cina sudah menyampaikan letter of intent untuk menanamkan modalnya di IKN Nusantara, salah satunya adalah Citic Construction.Â
Efektivitas Kerjasama Indonesia-Cina, Pro atau Kontra?
Berdasarkan beberapa hasil kerjasama dan proyek nasional antara Indonesia dan Cina, dapat dikatakan kalau Indonesia di bawah pemerintahan Jokowi seringkali mengandalkan Cina sebagai salah satu mitra penting dalam memenuhi kepentingan negara, khususnya dalam bidang ekonomi. Hubungan Indonesia-Cina mencerminkan prinsip politik luar negeri Indonesia era Jokowi, dimana Indonesia akan melaksanakan diplomasi dan kerjasama yang dapat memenuhi kepentingan domestik.
Meskipun hubungan kerjasama Indonesia-China membawa manfaat bagi Indonesia, namun menurut seorang ekonom CELIOS, Bhima Yudhistira, berpendapat bahwa skema pinjaman BRI ke negara-negara berkembang, termasuk Indonesia, lebih mengakomodasikan kepentingan China dibandingkan negara mitra penerimanya dan masih jauh dari kata 'saling menguntungkan'. Hasil kerjasama Indonesia-Cina seperti Kereta Cepat Jakarta-Bandung terlihat memiliki dampak pada perekonomian, namun biaya investasi dan pinjaman melebihi dari dampak positifnya. Bahkan, dikatakan kalau Indonesia dapat masuk jebakan utang apabila tidak mengurangi ketergantungan terhadap Cina. Maka dari itu, Indonesia diharapkan dapat menjalin kerjasama dan membuka investasi dengan negara lain supaya sikap Indonesia tetap bebas aktif dalam menjalankan politik luar negerinya dan kepentingan negara tetap terpenuhi.
References
Connelly, A. L. (2014, Oktober). Indonesian foreign policy under President Jokowi. Lowy Institute For International Policy.
Connelly, A. L. (2015, April). Sovereignty and the Sea: President Joko Widodo's Foreign Policy Challenges. Contemporary Southeast Asia, 37(1), 1-28.
Fajri, B. (2022, October 15). China Makin Kuat Saingi AS, Indonesia Bakal Condong ke Mana? Kilat. Retrieved December 2, 2023, from https://www.kilat.com/dunia/pr-8445674264/china-makin-kuat-saingi-as-indonesia-bakal-condong-ke-mana?page=2
Idris, M. (2021, October 30). Ini Alasan Jokowi Dulu Pilih China dan Tolak Jepang Garap Kereta Cepat Halaman all - Kompas.com. Money Kompas. Retrieved December 3, 2023, from https://money.kompas.com/read/2021/10/30/063344926/ini-alasan-jokowi-dulu-pilih-china-dan-tolak-jepang-garap-kereta-cepat?page=all
Intan, G. (2023, October 18). Jokowi Minta Dukungan China dalam Pembangunan IKN Lewat Inisiatif Sabuk dan Jalan. VOA Indonesia. Retrieved December 3, 2023, from https://www.voaindonesia.com/a/jokowi-minta-dukungan-china-dalam-pembangunan-ikn-lewat-inisiatif-sabuk-dan-jalan/7315726.html