Mohon tunggu...
Lukas Benevides
Lukas Benevides Mohon Tunggu... Dosen - Pengiat Filsafat

Saya, Lukas Benevides, lahir di Mantane pada 1990. Saya menamatkan Sarjana Filsafat dan Teologi di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta pada Juni 2016. Pada Agustus 2017-Juni 2018 saya kembali mengambil Program Bakaloreat Teologi di Kampus yang sama. Sejak Januari 2019 saya mengajar di Pra-Novisiat Claret Kupang, NTT. Selain itu, saya aktif menulis di harian lokal seperti Pos Kupang, Victory News, dan Flores Pos

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Melacak Jejak Hati Nurani

27 Maret 2021   13:07 Diperbarui: 27 Maret 2021   13:09 432
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Mereka pasti kehilangan pekerjaan dan jabatan. Sumber hidup dipangkas. Padahal Myanmar juga masih dilanda pandemi, kondisi krisis yang merangsek bahkan ke dalam sekat-sekat privat. 

Tidak hanya kehilangan sumber hidup, nyawa mereka juga terancam. Mereka akan diburu bekas kroninya dengan senjata. Kalaupun pembelotan mereka dengan iming-iming mendapatkan posisi tinggi tatkala Myanmar kembali ke jalur demokrasi, mereka sedang berfantasi. 

Tidak ada logika kepastian itu. Probalitas carut-marut malah lebih jelas diprediksi. Mimpi di siang bolong tentu saja tidak dapat menjadi dorongan pada pilihan tindakan, kecuali orang sudah menjadi gila. Maka, pembelotan para mantan aparat di atas bergelayut pada keputusan hati. Mengapa?

Keputusan hati

Di dalam tradisi filsafat klasik, terutama saling sikut secara elegan antara intelektualisme dan voluntarisme pada Abad Pertengahan (era medieval) dengan tokoh utama Thomas Aquinas dan Bonaventura, mereka mengakui bahwa tugas akal sekadar mengkalkulasi data mentah yang disuplai indra lalu menyodorkan data sintetis kreatif tersebut ke kehendak bebas (Bdk. Simplesius Sandur, Filsafat Politik & Hukum Thomas Aquinas, 2019). 

Di kemudian hari, konsep kehendak bebas digonta-ganti dengan akal budi praktis. Misalnya oleh Kant, para Kantian dan Aristotelian. Meskipun labelnya berbeda, general type dari isinya sama.

Hati secara organik adalah elemen tubuh yang mampu menetralisir racun. Kaum wanita memiliki porsi hati lebih dari kaum pria sehingga hati wanita lebih mampu menahan infiltrasi racun depresi, stres, benci, dan atau amarah. 

Kolaborasi onggokan daging hati ini dan akal mengorbitkan saringan moral. Dari fungsi biologis hati dan suntikan mental akal inilah, fakultas nurani bereksplorasi.

Hati nurani secara filosofis dipahami sebagai instansi internal manusia yang memiliki hak moral untuk memutuskan sesuatu sebagai baik atau buruk. 

Sementara itu, suara hati tidak lain dari keputusan hati nurani. Suara yang terngiang-ngiang dalam diri individu tatkala berada dalam situasi kritis, saat yang baik dan salah hanya berwajah abu-abu, disebut sebagai suara hati nurani.

Para sosiolog dan psikolog sosial mengatakan tidak ada hati nurani individu di dalam dirinya sendiri. Hati nurani adalah internalisasi nilai-nilai sosial yang diperoleh individu dari sosialisasi dengan linkungan sekitar. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun