Mohon tunggu...
Lukas Benevides
Lukas Benevides Mohon Tunggu... Dosen - Pengiat Filsafat

Saya, Lukas Benevides, lahir di Mantane pada 1990. Saya menamatkan Sarjana Filsafat dan Teologi di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta pada Juni 2016. Pada Agustus 2017-Juni 2018 saya kembali mengambil Program Bakaloreat Teologi di Kampus yang sama. Sejak Januari 2019 saya mengajar di Pra-Novisiat Claret Kupang, NTT. Selain itu, saya aktif menulis di harian lokal seperti Pos Kupang, Victory News, dan Flores Pos

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Melacak Jejak Hati Nurani

27 Maret 2021   13:07 Diperbarui: 27 Maret 2021   13:09 432
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Mari kita mencari. Kita mengusung misi pencarian kelana hati nurani-suara hati, kehendak bebas, dan otonomi. Kalau memang ada, di manakah kantong persembunyian mereka? Apa kompasnya?

Melacak keberadaan instansi moral di Myanmar

Sejak 1 Februari 2021, masyarakat Myanmar mengalami kegoncangan sosio-politik. Tatkala pandemi Covid-19 masih melanda, pemberontakan menjamur di berbagai sudut, Junta Militer, yang dikenal dengan sebutan terkenalnya Tatmadaw, melancarkan kudeta terhadap rezim pemerintah dan partai NLD (Liga Nasional untuk Demokrasi) dibawa kepemimpinan putri jenderal besar pejuang kemerdekaan Myanmar, Aung San Suu Kye. Dalih Tatmadaw ialah NLD berkonco dengan komisi pemilihan umum Myanmar untuk bertindak curang. 

Tatmadaw mengklaim kemenangan mutlak NLD atas USDA (Asosiasi Persatuan Solidaritas dan Pembangunan), partai besutan militer, adalah rekayasa klientisme hasil suara NLD dan KPU Myanmar. Karena itu, Tatmadaw menuntut KPU membuka daftar suara pemilu yang sebenarnya dan mengadakan pemilu ulang. 

KPU bersikeras mengatakan bahwa mereka indepen selama pagelaran sayembara politik di negeri yang baru bertumbuh benih demokrasinya. Karena himbauan Tatmadaw tidak diindahkan KPU dan rezim Presiden Win Myint, militer menerobos garis-garis demarkasi haluan demokrasi. 

Belakangan, militer sepihak menuduh Aung San Suu Kye melakukan korupsi dengan menerima uang suap lebih dari 550 ribu dolar Amerika Serikat atau sekitar 704,79 juta kyat.

Menanggapi kecorobohan dan kelancangan Tatmadaw, gelombang demonstrasi beruntun memenuhi seluruh kota-kota besar Myanmar. 

Ribuan warga, dari selebriti hingga masyarakat pedesaan, memenuhi alun-alun kota Myanmar untuk menuntut Militer Myanmar membebaskan pemimpin demokrasi mereka yang terpilih secara konstitusional. Warga mendesak hak suara politik mereka dihargai Tatmadaw.

Awalnya demonstrasi berlangsung damai. Perlahan keriuhan muncul, semakin menanjak, dan memuncak. Kran-kran ekonomi tersumbat. Nadi-nadi sosio-politik berhenti berdenyut. 

Negara dan bangsa berada di ujung tanduk. Hanya sedikit nafas masih terisak-saik di bantaran aliran hidup. Militer merasa terhina oleh demonstran. Militer yakin menjadi korban yang difitnah oleh hasutan kebejatan rezim dan NLD. Merasa dilecehkan, Militer membunyikan senapan yang mengeluarkan timah tajam. 

Alhasil, ratusan nyawa melayang. Banjir darah. Air mata dan tangisan beriringan. Teriakan amarah dan kebungkaman sedih beririsan. Ribuan demonstran ditangkap dan disiksa. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun