Kita berantem. Aku menggerutu.
Aku kurang apa ke kamu , sehingga kamu makin dan makin membuatku kesal setiap harinya? Atau hatiku saja yang terlalu perasa?
Aku kurang gimana ke kamu, ketika aku berusaha mengerti dirimu dan kebutuhanmu? Sedang dirimu mana pernah benar-benar peduli?
Aku selalu berusaha memaafkan setiap orang yang menyakitiku. Tapi tak bisakah diriku egois sekali saja? Kenapa pula aku diciptakan untuk selalu mendengar ego dan keinginanmu? Terutama dirimu? Aku kurang apa kekamu, biar kamu bisa posisikan diriku sebagai wanitamu? Aku sedang marah, memang. Beginikah keadaan ketika diselingkuhi dan tidak didengar? Memang, aku terlalu diam menyikapi tiap-tiap perilakumu. Lantas aku lagi yang salah?
Kapan gitu, kamu mikir buat mengerti apa yang ada dipikiranku. Jangan hanya aku saja yang berusaha mengerti yang ada dipikiranmu. Barangkali ini memang aku yang terlalu egois meminta waktumu tanpa memikirkan kesibukanmu, tapi tak berfikirkah dirimu akan kesibukanku?
Setidaknya, berbuat baiklah, bicara padaku dengan baik, melalui hatiku. Bukan logikamu.
Kamu harusnya mengerti jika menyentuhku harusnya mendahulukan hati bukan emosi..
Kamu harusnya faham kalo hal ini menyakiti hatiku.
Dan mungkin kamu tidak membuatku menangis malam ini, tapi bukan berarti aku tidak pernah menangis sebab terluka olehmu.
Kamu, yang berusaha aku hargai setiap kesempatan. Kamu yang berusaha aku pahami disetiap kondisi.
Setidaknya, tahukah kamu?
[Next: Part II]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H