Berbeda dengan tatkala Rasulullah mengajak anak muda dalam cerita di atas untuk membayangkan bila orang-orang dekatnya berzina. Spontan akan menimbulkan rasa jijik dan ketidak relaan. Itu karena mereka saling berpijak pada nilai yang sama.
Kelak, bila logika-logika para pembenar perzinaan ini beredar luas, maka tak akan ada lagi anak yang tak rela orang tuanya berzina. Inginkah kita bila keadaan masyarakat mejadi seperti itu?
Sesungguhnya logika mereka bukan tanpa bantahan. Logika bahwa yang terpenting seks itu aman dan sehat, adalah keliru karena tak ada seks bebas yang sehat. Dr. Dewi Inong Irana, Sp.KK, dokter ahli yang tiap hari berhadapan dengan para penderita penyakit kelamin akitbat seks menyimpang, mempersaksikan apa yang dialaminya.
“Orang seenaknya saja membela zina atas nama kebebasan. Kami, para dokter, yang menyaksikan akibatnya setiap hari. Ada laki-laki yang datang dengan penyakit kelamin yang tidak mungkin tidak karena zina. Awalnya tidak mau mengaku, tapi setelah saya paksa barulah ia mengaku. Memang penyakitnya tak mungkin datang begitu saja, kecuali dengan berganti-ganti pasangan,” ungkapnya saat menjadi pembicara Seminar Kebangsaan “Reformulasi KUHP Delik Kesusilaan dalam Bingkai Nilai-nilai Keindonesiaan” di Senayan, Jakarta, 26 September 2016 lalu.
“Setiap tahun saya ikut konferensi internasional, dan kemarin saya baru pulang dari Amerika Serikat juga. Di situ semua ahli dalam bidang penyakit kelamin berkumpul, dan kita menyaksikan sendiri betapa dunia sudah semakin menyeramkan,” terangnya lagi.
Justru bila seseorang mengerti pendidikan seks yang benar, maka ia akan menghindari seks bebas bergonta-ganti pasangan dan memilih menyalurkan hasratnya dalam ikatan pernikahan yang legal.
Sekaligus logika bahwa aktivitas seks berada dalam ranah privat menjadi terbantahkan. Karena zina akan menimbulkan penyakit yang menular ke tengah masyarakat. Mungkin aktivitasnya privat, tapi efek yang ditimbulkannya tidak.
Logika pembenaran untuk berzina adalah suatu yang menipu. Masyarakat harus kritis menghadapi pengusung logika itu. Nilai yang dianut kini sudah tepat. Jangan mau nilai itu didegradasi oleh logika yang rapuh.
*) Ditulis oleh: Zico Alviandri
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H