Dan yang penting, manusia punya "wisdom," atau kebijaksanaan. Kebijaksanaan dan pengetahuan adalah dua hal yang berbeda.Â
AI itu punya pengetahuan yang luar biasa banyak. Mereka bisa menyimpan dan mengakses jutaan informasi dalam waktu singkat.Â
Tapi, kebijaksanaan itu beda. Bijaksana adalah kemampuan untuk menerapkan pengetahuan dengan bijak, dalam situasi yang tepat, dan dengan mempertimbangkan nilai-nilai kemanusiaan.Â
Kemampuan ini datang dari pengalaman hidup, dari belajar dari kesalahan, dari merefleksikan banyak hal.
Manusia bisa pakai pengetahuan tidak hanya untuk satu masalah spesifik, tapi buat banyak masalah yang berbeda.Â
Kita bisa berpikir jangka panjang, bisa melihat dampak keputusan kita ke depan, dan mempertimbangkan aspek etika dan moral.Â
Pemikiran manusia itu teleological, atau berorientasi pada tujuan jangka panjang, sementara AI lebih deontological, atau berorientasi pada aturan dan batasan yang digariskan.Â
AI bekerja sesuai algoritma, tanpa terlalu mempertimbangkan tujuan jangka panjang atau implikasinya.
AI Memang Rasional, Tapi Manusia Lebih dari Itu
Satu lagi perbedaan penting yang diungkapkan Dr. Firman adalah soal rasionalitas. AI itu sangat rasional. Mereka berpikir berdasarkan logika, data, dan algoritma.Â
Mereka konsisten, objektif, dan nggak dipengaruhi emosi. Tapi, manusia? Kita seringkali irasional. Kita bisa bikin keputusan berdasarkan emosi, intuisi, atau bahkan prasangka. Kadang kita nggak logis, nggak konsisten, dan berubah-ubah.
Tapi, justru di sinilah letak kekuatan kita sebagai manusia. Emosi, intuisi, dan bahkan ketidakrasionalan kita itu bukan cuma kelemahan, tapi juga sumber kreativitas, inovasi, dan kebijaksanaan.Â