Jika ada klaim yang bombastis atau tidak masuk akal, jangan langsung percaya. Bertanyalah, ragukan, dan cari bukti yang lebih kuat.
Keempat, berdiskusi dengan orang yang berbeda pandangan. Ruang gema digital membuat kita jarang bertemu dengan orang yang berbeda pendapat.Â
Padahal, berdiskusi dengan orang yang berbeda pandangan bisa menjadi latihan yang sangat baik untuk berpikir kritis.Â
Kita bisa belajar melihat masalah dari sudut pandang yang berbeda, menguji argumen kita sendiri, dan memperluas wawasan kita.Â
Tentu saja, diskusi harus dilakukan dengan kepala dingin dan saling menghormati, bukan untuk saling menjatuhkan.
Kesimpulan
Jadi, inti dari semua ini adalah, kita punya pilihan. Kita bisa terus terjebak dalam post-truth, menjadi orang yang menyebalkan yang keras kepala dan anti-fakta, atau kita bisa berusaha untuk keluar dari jebakan ini, dengan mengasah logika dan berpikir kritis.Â
Pendidikan kognitif adalah kunci untuk membuka pintu keluar dari jebakan post-truth. Ini adalah investasi jangka panjang untuk diri kita sendiri, untuk masyarakat, dan untuk masa depan peradaban kita.
***
Referensi:
- The Journal of Educational Psychology (2023). The effect of metacognitive skill training on critical thinking and confirmation bias. Journal of Educational Psychology. doi:10.1177/15291006231214248. URL: [https: Â //journals. Â sagepub. Â com/doi/abs/10. Â 1177/15291006231214248]
- Pariser, E. (2011, March). Beware online filter bubbles [Video]. TED Conferences.
URL: [https: Â //www. Â ted. Â com/talks/eli_pariser_beware_online_filter_bubbles?language=en]
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI