Perjalanan Isra Miraj dan shalat, bukan hanya ritual, tapi juga pesan toleransi dalam keberagaman.
Kisah Isra Miraj sering diceritakan sebagai rangkaian peristiwa ajaib, perjalanan kilat Nabi Muhammad dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa, lalu naik menembus langit hingga Sidratul Muntaha.Â
Namun, jika kita hanya terpaku pada aspek keajaiban fisiknya saja, kita bisa kehilangan esensi pesan yang terkandung di dalamnya.Â
Isra Miraj, menurut saya, adalah sebuah perjalanan spiritual yang dirancang untuk membuka mata hati Nabi Muhammad, dan kita sebagai umatnya, tentang pentingnya menghargai keberagaman dan menjunjung tinggi toleransi.
Dalam perjalanan agung itu, Nabi Muhammad tidak hanya melihat tanda-tanda kebesaran Allah, tapi juga berinteraksi dengan para nabi terdahulu.Â
Pertemuannya dengan Nabi Musa, Nabi Isa, dan nabi-nabi lainnya, bukanlah sekadar pertemuan biasa.Â
Ini adalah pengakuan eksplisit dari Allah SWT bahwa ajaran yang dibawa oleh para nabi sebelum Muhammad juga berasal dari sumber yang sama, yaitu Allah Yang Maha Esa.Â
Ini adalah fondasi penting dari multikulturalisme dalam Islam, yaitu mengakui dan menghormati kebenaran yang ada dalam tradisi agama lain.
Simbol Multikulturalisme dalam Isra Miraj
Coba kita bayangkan momen ketika Nabi Muhammad shalat bersama para nabi terdahulu di Masjidil Aqsa. Masjid yang kala itu merupakan tempat suci bagi umat Yahudi dan Nasrani.Â
Nabi Muhammad, pemimpin agama Islam, justru memilih tempat yang memiliki nilai sejarah dan spiritual bagi agama lain untuk melaksanakan shalat bersama.Â