Mohon tunggu...
Aidhil Pratama
Aidhil Pratama Mohon Tunggu... Administrasi - ASN | Narablog

Minat pada Humaniora, Kebijakan Publik, Digital Marketing dan AI. Domisili Makassar.

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Suku Bunga Acuan Turun, Cukupkah Dongkrak Ekonomi?

21 Januari 2025   14:00 Diperbarui: 20 Januari 2025   15:02 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi suku bunga acuan. (KOMPAS/HERYUNANTO)

BI pangkas suku bunga acuan, akankah ekonomi Indonesia benar-benar membaik?

Pernahkah Anda melihat orang mendorong mobilnya yang mogok? Butuh tenaga ekstra, bukan? Nah, dalam dunia ekonomi, suku bunga bisa dianalogikan sebagai tenaga dorong tersebut. 

Ketika Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk menurunkan suku bunga acuan, yang dikenal sebagai BI7DRR, ibaratnya kita memberi dorongan agar ekonomi bisa bergerak lebih cepat. 

Baru-baru ini, BI menurunkan BI7DRR sebesar 25 basis poin menjadi 5,75 persen. Keputusan ini tentu menimbulkan harapan bahwa ekonomi Indonesia akan semakin bergairah. 

Namun pertanyaan pentingnya adalah, apakah penurunan suku bunga ini otomatis menjamin perbaikan ekonomi?

Stabilitas Makroekonomi: Fondasi Utama Efektivitas Kebijakan

Seperti membangun rumah, kita membutuhkan fondasi yang kokoh agar bangunan tidak mudah roboh. Dalam konteks ekonomi, fondasi tersebut adalah stabilitas makroekonomi. 

Stabilitas ini mencakup beberapa aspek penting, di antaranya inflasi yang terkendali dan nilai tukar rupiah yang stabil. Inflasi, sederhananya, adalah kenaikan harga barang dan jasa secara umum dan berkelanjutan. 

Jika inflasi tinggi, daya beli masyarakat akan tergerus. Ibaratnya, uang yang kita miliki nilainya semakin menipis karena harga barang-barang kebutuhan pokok semakin mahal.

Selain inflasi, nilai tukar rupiah yang stabil juga krusial. Nilai tukar rupiah yang bergejolak dapat memengaruhi harga barang impor, yang pada akhirnya berdampak pada harga barang-barang di dalam negeri. 

Bayangkan jika nilai tukar rupiah terhadap dolar AS tiba-tiba melemah drastis, harga barang-barang impor, seperti bahan baku industri dan barang elektronik, pasti akan melonjak. Hal ini tentu akan membebani para pelaku usaha dan konsumen.

Penurunan suku bunga memang berpotensi mendorong pertumbuhan ekonomi dengan mempermudah akses kredit bagi masyarakat dan pelaku usaha. 

Pinjaman menjadi lebih terjangkau, sehingga masyarakat lebih mudah membeli rumah, kendaraan, atau memulai usaha. Begitu pula bagi pelaku usaha, biaya pinjaman yang lebih rendah dapat mendorong investasi dan ekspansi bisnis.

Namun seperti yang diungkap Tempo.co, penurunan suku bunga juga mengandung risiko, terutama jika tidak diimbangi dengan kebijakan yang tepat. 

Penurunan suku bunga dapat memberikan efek positif bagi sektor riil karena biaya pinjaman lebih murah, mendorong konsumsi dan investasi. 

Tetapi, ada potensi risiko inflasi dan pelemahan rupiah jika tidak diiringi kebijakan yang tepat. 

Oleh karena itu, stabilitas makroekonomi merupakan prasyarat penting agar penurunan suku bunga dapat memberikan dampak positif yang optimal bagi perekonomian.

Mendorong Sektor Riil

Menurunkan suku bunga ibarat memberi pelumas agar mesin ekonomi berputar lebih lancar. Namun, jika mesinnya sendiri berkarat atau banyak komponen yang rusak, pelumas saja tidak akan banyak membantu. 

Di sinilah pentingnya kebijakan struktural. Kebijakan ini bertujuan untuk memperbaiki mesin ekonomi secara fundamental. 

Contohnya, pemerintah dapat mempermudah perizinan usaha, memperbaiki infrastruktur, meningkatkan kualitas sumber daya manusia, atau menciptakan iklim investasi yang lebih kondusif.

Kebijakan struktural memastikan bahwa penurunan suku bunga benar-benar ditransmisikan ke sektor riil, yaitu sektor yang menghasilkan barang dan jasa. 

Jika birokrasi masih rumit, infrastruktur buruk, atau kualitas tenaga kerja masih rendah, maka penurunan suku bunga tidak akan serta merta mendorong investasi dan pertumbuhan ekonomi. 

Para pelaku usaha akan tetap enggan berinvestasi meskipun biaya pinjaman murah jika mereka menghadapi hambatan-hambatan tersebut. 

Dengan kata lain, kebijakan struktural menciptakan "jalan tol" bagi investasi dan kredit agar dapat mengalir dengan lancar ke sektor riil.

Koordinasi Kebijakan: Kunci Pertumbuhan Ekonomi yang Optimal

Agar penurunan suku bunga dan kebijakan struktural dapat bekerja secara efektif, dibutuhkan koordinasi yang solid antara berbagai pihak, terutama antara BI dan pemerintah. 

Hal ini ibarat sebuah orkestra yang membutuhkan konduktor dan kerjasama yang baik antar pemain untuk menghasilkan harmoni yang indah. 

BI, sebagai bank sentral, bertanggung jawab menjaga stabilitas moneter, termasuk mengendalikan inflasi dan nilai tukar rupiah. 

Sementara itu, pemerintah bertanggung jawab menjalankan kebijakan fiskal dan struktural yang mendukung pertumbuhan ekonomi.

Koordinasi yang buruk antara kebijakan moneter dan fiskal dapat menimbulkan ketidakseimbangan dan bahkan kontraproduktif. 

Misalnya, jika BI menurunkan suku bunga untuk mendorong pertumbuhan, tetapi pemerintah tidak melakukan reformasi struktural untuk memperbaiki iklim investasi, maka dampaknya tidak akan maksimal. 

Sebaliknya, jika pemerintah gencar membangun infrastruktur, tetapi BI tidak menjaga stabilitas moneter, maka inflasi dapat melonjak dan merusak pertumbuhan ekonomi. 

Oleh karena itu, koordinasi yang erat dan sinergis antara kebijakan moneter dan fiskal sangat penting untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan inklusif.

Kesimpulan

Penurunan suku bunga oleh BI merupakan langkah yang patut diapresiasi dalam upaya memacu pertumbuhan ekonomi Indonesia. 

Namun, perlu diingat bahwa efektivitas kebijakan ini sangat bergantung pada dua faktor utama: stabilitas makroekonomi dan dukungan kebijakan struktural. 

Tanpa fondasi yang kuat dan perbaikan mesin ekonomi yang memadai, angin segar penurunan suku bunga mungkin hanya akan menjadi ilusi sesaat.

Oleh karena itu, dibutuhkan sinergi dan kerjasama yang erat antara semua pihak, baik BI, pemerintah, pelaku usaha, maupun masyarakat, untuk menciptakan iklim ekonomi yang kondusif bagi pertumbuhan yang berkelanjutan dan inklusif. 

Kita semua berharap agar penurunan suku bunga ini dapat menjadi momentum penting bagi pemulihan dan kemajuan ekonomi Indonesia. 

Seperti halnya membangun rumah, kita membutuhkan fondasi yang kuat, mesin yang handal, dan kerjasama yang solid untuk mencapai tujuan yang kita inginkan.

*** 

Referensi:

  • Tempo.co. (n.d.). Keputusan Signifikan Hasil Rapat Dewan Gubernur BI yang Menurunkan Suku Bunga Acuan. Diakses dari https:  //www.  tempo.  co/ekonomi/keputusan-signifikan-hasil-rapat-dewan-gubernur-bi-yang-menurunkan-suku-bunga-acuan-1196271/

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun