Penurunan suku bunga memang berpotensi mendorong pertumbuhan ekonomi dengan mempermudah akses kredit bagi masyarakat dan pelaku usaha.Â
Pinjaman menjadi lebih terjangkau, sehingga masyarakat lebih mudah membeli rumah, kendaraan, atau memulai usaha. Begitu pula bagi pelaku usaha, biaya pinjaman yang lebih rendah dapat mendorong investasi dan ekspansi bisnis.
Namun seperti yang diungkap Tempo.co, penurunan suku bunga juga mengandung risiko, terutama jika tidak diimbangi dengan kebijakan yang tepat.Â
Penurunan suku bunga dapat memberikan efek positif bagi sektor riil karena biaya pinjaman lebih murah, mendorong konsumsi dan investasi.Â
Tetapi, ada potensi risiko inflasi dan pelemahan rupiah jika tidak diiringi kebijakan yang tepat.Â
Oleh karena itu, stabilitas makroekonomi merupakan prasyarat penting agar penurunan suku bunga dapat memberikan dampak positif yang optimal bagi perekonomian.
Mendorong Sektor Riil
Menurunkan suku bunga ibarat memberi pelumas agar mesin ekonomi berputar lebih lancar. Namun, jika mesinnya sendiri berkarat atau banyak komponen yang rusak, pelumas saja tidak akan banyak membantu.Â
Di sinilah pentingnya kebijakan struktural. Kebijakan ini bertujuan untuk memperbaiki mesin ekonomi secara fundamental.Â
Contohnya, pemerintah dapat mempermudah perizinan usaha, memperbaiki infrastruktur, meningkatkan kualitas sumber daya manusia, atau menciptakan iklim investasi yang lebih kondusif.
Kebijakan struktural memastikan bahwa penurunan suku bunga benar-benar ditransmisikan ke sektor riil, yaitu sektor yang menghasilkan barang dan jasa.Â
Jika birokrasi masih rumit, infrastruktur buruk, atau kualitas tenaga kerja masih rendah, maka penurunan suku bunga tidak akan serta merta mendorong investasi dan pertumbuhan ekonomi.Â