Mohon tunggu...
Aidhil Pratama
Aidhil Pratama Mohon Tunggu... Administrasi - ASN | Narablog

Minat pada Humaniora, Kebijakan Publik, Digital Marketing dan AI. Domisili Makassar.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Ironi Pemblokiran Tiktok di AS dan Lonjakan Popularitas Red Note

19 Januari 2025   17:04 Diperbarui: 19 Januari 2025   17:04 291
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kantor Tiktok di Culver City, Negara Bagian California, Amerika Serikat. (AP/DAMIAN DOVARGANES via KOMPAS.ID)

Pemblokiran TikTok di AS mendorong lonjakan penggunaan Red Note, aplikasi serupa asal Tiongkok. 

Pemerintah Amerika Serikat berencana memblokir TikTok karena kekhawatiran soal keamanan data dan ketegangan geopolitik dengan Tiongkok. 

Namun, reaksi masyarakat Amerika justru menarik perhatian. Alih-alih menjauhi platform asal Tiongkok, mereka malah beralih ke aplikasi serupa, Red Note (Xiao Hong Shu), yang juga berasal dari Tiongkok. 

Fenomena ini menciptakan ironi besar, yang menunjukkan betapa besar pengaruh media sosial terhadap kehidupan sosial dan ekonomi, sekaligus memperlihatkan bagaimana kebijakan luar negeri bisa berdampak langsung pada kebiasaan masyarakat sehari-hari.

TikTok Diblokir, Apa yang Terjadi Selanjutnya?

Pemblokiran TikTok di Amerika Serikat merupakan bagian dari langkah pemerintah untuk membatasi pengaruh Tiongkok di dunia digital. 

Pemerintah AS khawatir perusahaan induk TikTok, ByteDance, bisa memanfaatkan data pengguna Amerika untuk tujuan yang tidak jelas. 

Ketegangan antara AS dan Tiongkok dalam politik dan ekonomi juga memperburuk situasi ini. 

Banyak yang mengira bahwa keputusan ini akan membuat masyarakat AS beralih ke platform yang lebih aman dan terpercaya dari perusahaan domestik.

Namun, kenyataan berbeda. Menurut Antara News, alih-alih beralih ke platform buatan Amerika, pengguna TikTok justru mencari alternatif dari Tiongkok, yaitu Red Note, aplikasi yang mirip dengan TikTok. 

Hal ini mencerminkan ketidakpuasan pengguna terhadap kebijakan yang dirasa memaksakan kehendak.

Red Note: Aplikasi Tiongkok yang Justru Menjadi Pilihan Alternatif

Red Note semakin populer karena kemiripannya dengan TikTok. Aplikasi ini menawarkan fitur berbagi video, konten visual, dan interaksi sosial yang hampir serupa dengan yang ada di TikTok. 

Banyak pengguna yang sudah terbiasa dengan TikTok merasa nyaman beralih ke Red Note karena platform ini menyediakan pengalaman yang tidak jauh berbeda. 

Meski banyak orang merasa khawatir dengan pengaruh politik dari aplikasi yang berasal dari Tiongkok, kenyamanan dan kebutuhan mereka akan media sosial tetap mendorong mereka untuk memilih aplikasi ini.

Menurut CNBC Indonesia, meskipun TikTok menghadapi berbagai tekanan hukum, termasuk keputusan pengadilan yang mewajibkan ByteDance untuk menjual sebagian saham TikTok di AS, aplikasi Red Note justru mengalami lonjakan pengguna yang cukup signifikan. 

Ini menunjukkan betapa pentingnya bagi masyarakat untuk memiliki platform yang mendukung kreativitas, berbagi konten, dan memungkinkan mereka menjalankan bisnis kecil secara digital.

Kebijakan yang Membalikkan Keinginan Publik

Kebijakan pemblokiran TikTok oleh pemerintah AS membawa ironi yang cukup besar. Tujuannya adalah untuk melindungi keamanan data dan memberikan rasa aman kepada warganya. 

Namun, alih-alih memberikan solusi, kebijakan ini malah membatasi kebebasan individu. 

Hasilnya, banyak orang yang justru beralih ke platform lain yang, meskipun menawarkan fitur serupa, juga berpotensi memiliki risiko yang sama dalam hal pengaruh politik dan keamanan data. 

Laporan Kompas.com menyebutkan bahwa aplikasi Red Note dan Lemon8 yang juga berasal dari Tiongkok semakin populer di kalangan pengguna AS, terutama dengan kekhawatiran TikTok akan diblokir.

Fenomena ini menunjukkan bahwa kebijakan yang dimaksudkan untuk melindungi masyarakat bisa jadi gagal memahami kebutuhan sosial dan ekonomi masyarakat. 

Hal ini serupa dengan apa yang sering terjadi di Indonesia, di mana kebijakan-kebijakan sering lebih mengutamakan kepentingan politik dan kurang memperhatikan dampak sosial dan ekonomi. 

Di Indonesia, banyak usaha kecil dan menengah yang sangat bergantung pada platform digital seperti Tokopedia dan Shopee. 

Jika platform-platform ini diblokir tanpa ada alternatif yang jelas, dampaknya bisa sangat besar bagi perekonomian rakyat.

Frustrasi Pengguna dan Resistensi terhadap Kebijakan Pemerintah

Fenomena ini menunjukkan betapa besar frustrasi yang dirasakan pengguna terhadap kebijakan pemerintah AS. 

Ketika kebijakan dibuat tanpa memperhitungkan dampaknya pada kehidupan sehari-hari, tidak jarang kebijakan tersebut menimbulkan resistensi. 

Pengguna TikTok di AS yang selama ini mengandalkan aplikasi ini sebagai sarana ekspresi dan bisnis, kini terpaksa mencari alternatif yang, meski serupa, tetap membawa potensi risiko terkait privasi data.

Di Indonesia, kita bisa membayangkan betapa bingungnya pengguna TikTok jika aplikasi ini tiba-tiba diblokir. 

Banyak usaha kecil yang bergantung pada TikTok untuk memasarkan produk mereka. 

Keputusan seperti ini akan menyulitkan mereka untuk mencari platform alternatif yang bisa memberikan manfaat yang sama. 

Ini adalah masalah yang sama dengan yang dihadapi masyarakat AS, yang meskipun berusaha menghindari aplikasi Tiongkok, tetap kesulitan menemukan platform lain yang bisa memenuhi kebutuhan berbagi konten dan interaksi sosial di dunia digital.

Apa yang Bisa Kita Pelajari dari Fenomena Ini?

Dari perspektif masyarakat Indonesia, ada beberapa pelajaran yang bisa diambil. 

Pertama, keputusan pemerintah, baik yang berhubungan dengan masalah internasional maupun domestik, seharusnya mempertimbangkan dampaknya terhadap kehidupan ekonomi dan sosial rakyat. 

Di Indonesia, banyak orang sangat bergantung pada aplikasi digital untuk menjalankan bisnis. 

Jika kebijakan yang diambil tidak menyediakan alternatif yang jelas atau mengabaikan kebutuhan masyarakat, ini bisa menimbulkan rasa ketidakpuasan yang lebih besar.

Kedua, fenomena ini mengingatkan kita bahwa kita hidup di era yang sangat bergantung pada teknologi. 

Bagi banyak orang, media sosial bukan hanya tempat hiburan, tetapi juga alat untuk mencari nafkah. 

Ketika pemerintah memutuskan untuk memblokir atau membatasi akses ke platform digital, harus ada solusi alternatif yang jelas, bukan hanya kebijakan yang menguntungkan pihak tertentu.

Kesimpulan

Pemblokiran TikTok di AS dan peningkatan popularitas Red Note menunjukkan bahwa kebijakan pemerintah, meskipun berfokus pada masalah keamanan dan politik, sering kali tidak sejalan dengan kebutuhan sosial dan ekonomi masyarakat. 

Pengguna tetap mencari cara untuk melanjutkan kreativitas dan bisnis mereka, bahkan jika itu berarti beralih ke platform dari negara yang sama.

Fenomena ini mengingatkan kita bahwa kebijakan publik yang terburu-buru atau tidak mempertimbangkan dampak jangka panjang bisa menimbulkan masalah yang lebih besar. 

Sebagai masyarakat, baik di Indonesia maupun di seluruh dunia, kita perlu lebih bijaksana dalam menilai dampak kebijakan pemerintah, terutama yang berkaitan dengan kebebasan digital dan pilihan pribadi.

*** 

Referensi:

  • Antara News. (n.d.). Apa yang mendorong pengguna TikTok AS pindah ke aplikasi RedNote. Retrieved January 16, 2025, from https:  //www.  antaranews.  com/berita/4592110/apa-yang-mendorong-pengguna-tiktok-as-pindah-ke-aplikasi-rednote
  • Kompas.com. (2025, January 16). TikTok terancam tutup di AS, pengguna pindah ke aplikasi saudaranya. Retrieved January 16, 2025, from https:  //tekno.kompas.  com/read/2025/01/16/14030067/tiktok-terancam-tutup-di-as-pengguna-pindah-ke-aplikasi-saudaranya?page=all
  • CNBC Indonesia. (2024, December 9). Siap-siap, TikTok diblokir, ramai pindah ke aplikasi ini. Retrieved January 16, 2025, from https:  //www.cnbcindonesia.  com/tech/20241209115750-37-594409/siap-siap-tiktok-diblokir-ramai-pindah-ke-aplikasi-ini

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun