Red Note semakin populer karena kemiripannya dengan TikTok. Aplikasi ini menawarkan fitur berbagi video, konten visual, dan interaksi sosial yang hampir serupa dengan yang ada di TikTok.Â
Banyak pengguna yang sudah terbiasa dengan TikTok merasa nyaman beralih ke Red Note karena platform ini menyediakan pengalaman yang tidak jauh berbeda.Â
Meski banyak orang merasa khawatir dengan pengaruh politik dari aplikasi yang berasal dari Tiongkok, kenyamanan dan kebutuhan mereka akan media sosial tetap mendorong mereka untuk memilih aplikasi ini.
Menurut CNBC Indonesia, meskipun TikTok menghadapi berbagai tekanan hukum, termasuk keputusan pengadilan yang mewajibkan ByteDance untuk menjual sebagian saham TikTok di AS, aplikasi Red Note justru mengalami lonjakan pengguna yang cukup signifikan.Â
Ini menunjukkan betapa pentingnya bagi masyarakat untuk memiliki platform yang mendukung kreativitas, berbagi konten, dan memungkinkan mereka menjalankan bisnis kecil secara digital.
Kebijakan yang Membalikkan Keinginan Publik
Kebijakan pemblokiran TikTok oleh pemerintah AS membawa ironi yang cukup besar. Tujuannya adalah untuk melindungi keamanan data dan memberikan rasa aman kepada warganya.Â
Namun, alih-alih memberikan solusi, kebijakan ini malah membatasi kebebasan individu.Â
Hasilnya, banyak orang yang justru beralih ke platform lain yang, meskipun menawarkan fitur serupa, juga berpotensi memiliki risiko yang sama dalam hal pengaruh politik dan keamanan data.Â
Laporan Kompas.com menyebutkan bahwa aplikasi Red Note dan Lemon8 yang juga berasal dari Tiongkok semakin populer di kalangan pengguna AS, terutama dengan kekhawatiran TikTok akan diblokir.
Fenomena ini menunjukkan bahwa kebijakan yang dimaksudkan untuk melindungi masyarakat bisa jadi gagal memahami kebutuhan sosial dan ekonomi masyarakat.Â
Hal ini serupa dengan apa yang sering terjadi di Indonesia, di mana kebijakan-kebijakan sering lebih mengutamakan kepentingan politik dan kurang memperhatikan dampak sosial dan ekonomi.Â