Jawabannya sederhana: karena inklusi adalah investasi.Â
Dengan memastikan kelompok marginal mendapatkan akses yang sama, kita membuka peluang bagi mereka untuk berkontribusi lebih besar bagi masyarakat. Â
Bayangkan, seorang penyandang disabilitas yang mendapatkan akses pendidikan berkualitas bisa menjadi inovator hebat.Â
Seorang ibu dari keluarga miskin yang mendapatkan modal usaha bisa menciptakan lapangan kerja baru di lingkungannya. Contoh-contoh ini bukan sekadar angan-angan.Â
Di banyak tempat, hal seperti ini sudah terjadi, hanya saja skalanya belum cukup besar untuk mengubah narasi ketidaksetaraan di negeri ini. Â
Program-program seperti yang dicontohkan dalam Masterplan Desa atau data konkret dari BPSÂ seharusnya menjadi dasar bagi pemerintah dan masyarakat untuk memperluas cakupan inklusi.Â
Bukan hanya sebagai tanggung jawab moral, tapi sebagai strategi pembangunan yang berkelanjutan. Â
Peran Kita dalam Mewujudkan Inklusi Â
Kita sering kali menganggap bahwa isu inklusi adalah tanggung jawab pemerintah atau lembaga besar. Tapi, setiap individu sebenarnya memiliki peran.Â
Sebagai pengguna internet, misalnya, kita bisa membantu menyebarkan informasi yang benar tentang pentingnya inklusi. Kita juga bisa mendorong diskusi di lingkungan sekitar, di kantor, atau di komunitas. Â
Bagi pembuat konten, ini adalah kesempatan untuk membuat perubahan nyata.Â
Alih-alih hanya mengikuti tren, buatlah konten yang mendidik, yang mendorong orang untuk melihat isu ini dari perspektif baru.Â