Namun, pihak yang paling tidak berdaya dalam situasi ini adalah mahasiswa. Proses pembelajaran mereka terganggu karena banyaknya dosen yang berhenti mengajar akibat ketidakpuasan pada manajemen kampus.Â
Lebih parah lagi, ancaman penutupan kampus menimbulkan ketidakpastian besar. Bagaimana nasib mahasiswa yang sudah menghabiskan waktu bertahun-tahun menempuh pendidikan di kampus ini? Â
Bayangkan seseorang yang sudah hampir menyelesaikan semester akhir, tiba-tiba harus memikirkan pindah ke kampus lain, membayar biaya tambahan, atau bahkan mengulang studi dari awal.Â
Secara emosional, situasi ini sangat membebani mahasiswa. Tidak hanya itu, potensi dampak ekonomi juga besar, terutama bagi orang tua mahasiswa yang menggantungkan harapan besar pada kampus ini. Â
Upaya Penanganan
Yayasan Bina Administrasi (YBA) selaku pengelola Universitas Bandung mengupayakan berbagai solusi untuk menyelamatkan kampus dari kehancuran total.Â
Beberapa langkah yang dilaporkan, menurut Tirto.id, antara lain adalah penjualan aset, seperti gedung dan mobil operasional, serta penjajakan kerjasama dengan investor baru.Â
Selain itu, opsi alih kelola ke yayasan lain juga mulai dipertimbangkan sebagai salah satu jalan keluar. Â
Namun, semua ini tampaknya masih bersifat sementara. Upaya ini hanya untuk memadamkan "api" pada saat ini, tanpa benar-benar menyelesaikan persoalan fundamentalnya.Â
Salah satu aspek yang perlu diperbaiki adalah tata kelola keuangan dan manajemen universitas. Tanpa ada sistem transparansi dan pengelolaan anggaran yang baik, masalah serupa akan terus berulang di masa depan. Â
LL Dikti Wilayah IV, sebagai lembaga regulator, juga memberikan peringatan tegas bahwa kampus ini mungkin akan ditutup jika tidak ada langkah konkret untuk menyelesaikan persoalan yang ada.Â
Peringatan ini seharusnya tidak dianggap enteng. Sebaliknya, ini harus menjadi momentum bagi YBA untuk merumuskan strategi jangka panjang yang lebih menyeluruh, tidak hanya sekadar "bertahan hidup". Â Â