Mohon tunggu...
Aidhil Pratama
Aidhil Pratama Mohon Tunggu... Administrasi - ASN | Narablog

Minat pada Humaniora, Kebijakan Publik, Digital Marketing dan AI. Domisili Makassar.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Universitas Bandung di Ambang Kehancuran Finansial

9 Januari 2025   21:07 Diperbarui: 9 Januari 2025   21:07 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Para dosen dan Staf Universitas Bandung tegah melakukan audiensi dengan orang tua dan Mahasiswa (KOMPAS.COM/AGIE PERMADI) 

Universitas Bandung menghadapi krisis keuangan parah, mengancam gaji dosen, nasib mahasiswa, dan masa depannya.

Baru-baru ini, Universitas Bandung (UB) menjadi sorotan publik setelah diumumkan menghadapi krisis keuangan serius. 

Krisis ini tidak hanya mengakibatkan keterlambatan pembayaran gaji dosen dan staf selama berbulan-bulan, tetapi juga membawa ancaman penutupan kampus. 

Di tengah kisruh ini, mahasiswa menjadi pihak yang paling dirugikan, terombang-ambing oleh ketidakpastian masa depan akademik mereka.  

Saya merasa situasi ini ironis. Pendidikan selalu digadang-gadang sebagai pilar utama kemajuan bangsa. 

Namun, bagaimana hal itu terwujud bila ada lembaga pendidikan, yang seharusnya menjadi tempat mencetak generasi hebat, justru berada di ambang kehancuran? 

UB hanya satu dari sekian banyak kampus di Indonesia yang menghadapi ancaman serupa akibat lemahnya manajemen keuangan. Pertanyaannya adalah: bagaimana ini bisa terjadi?

Akar Masalah

Krisis keuangan yang melanda Universitas Bandung bermula dari keputusan penutupan tiga program studi di Fakultas Administrasi dan Bisnis. 

Menurut laporan dari Tirto.id, penutupan ini menyebabkan hilangnya sumber pendapatan utama universitas. 

Sebagai gantinya, kampus menjadi sangat bergantung pada pendapatan dua fakultas lainnya, yaitu Fakultas Kesehatan dan Fakultas Teknik. 

Namun, dana yang terkumpul dari kedua fakultas ini tidak cukup untuk menutupi biaya operasional bulanan kampus.  

Persoalan ini semakin diperparah oleh dugaan korupsi dana Program Indonesia Pintar (PIP), yang melibatkan mantan rektor universitas. 

Berdasarkan liputan AyoBandung.com, penyelidikan yang dilakukan menunjukkan adanya penyalahgunaan dana yang mestinya diperuntukkan bagi kebutuhan mahasiswa. 

Ketika dana yang krusial untuk operasional kampus diselewengkan, kehancuran institusi pendidikan besar seperti UB menjadi tinggal menunggu waktu saja.  

Dalam konteks yang lebih luas, hal ini mencerminkan masalah klasik pendidikan tinggi di Indonesia: lemahnya akuntabilitas dan ketergantungan besar pada pendapatan mahasiswa. 

Sebuah kampus yang hanya mengandalkan biaya kuliah untuk bertahan akan sangat rentan terhadap dinamika eksternal, seperti penurunan jumlah mahasiswa.

Jika tidak ada upaya diversifikasi pendapatan, potensi keruntuhan seperti yang dialami UB akan terus terjadi.  

Dampak Krisis

Krisis ini memberi dampak besar terhadap semua pihak terkait, terutama dosen, staf, dan mahasiswa. Salah satu isu yang paling mencuat adalah keterlambatan pembayaran gaji. 

Berdasarkan Kumparan, gaji dosen dan staf belum dibayarkan selama lebih dari tujuh bulan. Sebagai tenaga pendidik, dosen tentu sangat bergantung pada gaji untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka.

Bagaimana para dosen dapat menjaga semangat mengajar jika kebutuhan dasar mereka tidak terpenuhi? 

Mogok mengajar, yang kini terjadi di UB, menjadi konsekuensi yang sulit dihindari. Dosen juga manusia, dan situasi seperti ini membuat mereka tidak punya banyak pilihan selain bersuara dengan cara tersebut. 

Namun, pihak yang paling tidak berdaya dalam situasi ini adalah mahasiswa. Proses pembelajaran mereka terganggu karena banyaknya dosen yang berhenti mengajar akibat ketidakpuasan pada manajemen kampus. 

Lebih parah lagi, ancaman penutupan kampus menimbulkan ketidakpastian besar. Bagaimana nasib mahasiswa yang sudah menghabiskan waktu bertahun-tahun menempuh pendidikan di kampus ini?  

Bayangkan seseorang yang sudah hampir menyelesaikan semester akhir, tiba-tiba harus memikirkan pindah ke kampus lain, membayar biaya tambahan, atau bahkan mengulang studi dari awal. 

Secara emosional, situasi ini sangat membebani mahasiswa. Tidak hanya itu, potensi dampak ekonomi juga besar, terutama bagi orang tua mahasiswa yang menggantungkan harapan besar pada kampus ini.  

Upaya Penanganan

Yayasan Bina Administrasi (YBA) selaku pengelola Universitas Bandung mengupayakan berbagai solusi untuk menyelamatkan kampus dari kehancuran total. 

Beberapa langkah yang dilaporkan, menurut Tirto.id, antara lain adalah penjualan aset, seperti gedung dan mobil operasional, serta penjajakan kerjasama dengan investor baru. 

Selain itu, opsi alih kelola ke yayasan lain juga mulai dipertimbangkan sebagai salah satu jalan keluar.  

Namun, semua ini tampaknya masih bersifat sementara. Upaya ini hanya untuk memadamkan "api" pada saat ini, tanpa benar-benar menyelesaikan persoalan fundamentalnya. 

Salah satu aspek yang perlu diperbaiki adalah tata kelola keuangan dan manajemen universitas. Tanpa ada sistem transparansi dan pengelolaan anggaran yang baik, masalah serupa akan terus berulang di masa depan.  

LL Dikti Wilayah IV, sebagai lembaga regulator, juga memberikan peringatan tegas bahwa kampus ini mungkin akan ditutup jika tidak ada langkah konkret untuk menyelesaikan persoalan yang ada. 

Peringatan ini seharusnya tidak dianggap enteng. Sebaliknya, ini harus menjadi momentum bagi YBA untuk merumuskan strategi jangka panjang yang lebih menyeluruh, tidak hanya sekadar "bertahan hidup".    

Relevansi dengan Konteks Indonesia  

Krisis di Universitas Bandung seharusnya menjadi alarm darurat bagi dunia pendidikan tinggi di Indonesia. 

Banyak hal yang bisa dipelajari dari situasi ini, salah satunya adalah perlunya diversifikasi sumber pendanaan kampus. 

Ketergantungan hanya pada uang kuliah mahasiswa sangat tidak sehat dan berisiko, terutama di tengah persaingan yang semakin ketat di dunia pendidikan.  

Di luar itu, budaya transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan institusi pendidikan juga harus ditingkatkan. 

Dugaan korupsi dalam kasus Universitas Bandung adalah cermin nyata dari bagaimana lemahnya pengawasan internal dapat merusak sistem dari dalam. 

Pendidikan adalah hak dasar setiap warga, dan ketika dana yang seharusnya menjadi penopang akses pendidikan justru diselewengkan, maka kita sedang menghancurkan masa depan generasi mendatang.  

Dalam konteks sosial, pendidikan adalah salah satu jalan utama untuk memutus rantai kemiskinan di Indonesia. 

Ketika akses itu terganggu, seperti yang terjadi pada mahasiswa UB, maka dampaknya akan meluas, memengaruhi keluarga dan komunitas secara keseluruhan. 

Kita tidak bisa membiarkan hal ini terulang, baik di Universitas Bandung maupun di kampus-kampus lainnya.  

Kesimpulan 

Krisis keuangan Universitas Bandung adalah pelajaran penting tentang bagaimana lemahnya manajemen dapat membahayakan masa depan sebuah institusi. 

Ini adalah masalah besar yang membutuhkan solusi besar pula. Dalam jangka pendek, usaha menyelamatkan kampus adalah prioritas, tetapi pembenahan tata kelola harus menjadi tujuan jangka panjang.

*** 

Referensi:

  • Kumparan. (n.d.). Gaji dosen Universitas Bandung 7 bulan tak dibayar, bagaimana nasib mahasiswa? Kumparan. Diakses pada 9 Januari 2025, dari [https: //m. kumparan. com/kumparannews/gaji-dosen-universitas-bandung-7-bulan-tak-dibayar-bagaimana-nasib-mahasiswa-24FDf0TOEKQ]
  • Kumparan. (n.d.). Universitas Bandung (UB) menghadapi krisis keuangan yang menyebabkan 6... - TikTok. TikTok. Diakses pada 9 Januari 2025, dari [https: //www. tiktok. com/@kumparan/video/7455537929491041541]
  • Jabar Ekspres. (2025, Januari 8). Nasib Universitas Bandung terancam, LL Dikti angkat suara. Jabar Ekspres. Diakses pada 9 Januari 2025, dari [https: //jabarekspres. com/berita/2025/01/08/nasib-universitas-bandung-terancam-ll-dikti-angkat-suara/]
  • AyoBandung.com. (n.d.). 30 saksi telah diperiksa terkait kasus dugaan korupsi PIP di Universitas Bandung. AyoBandung.com. Diakses pada 9 Januari 2025, dari [https: //www. ayobandung. com/bandung-raya/7914306080/30-saksi-telah-diperiksa-terkait-kasus-dugaan-korupsi-pip-di-universitas-bandung]
  • Tirto.id. (n.d.). Krisis keuangan UB: Gaji dosen tertunda, kampus terancam ditutup. Tirto.id. Diakses pada 9 Januari 2025, dari [https: //tirto. id/krisis-keuangan-ub-gaji-dosen-tertunda-kampus-terancam-ditutup-g7ey]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun