Teknologi mendekatkan pemerintah dan masyarakat, membuka pintu partisipasi publik yang lebih inklusif dan transparan.
Kalau kita bicara soal menyampaikan aspirasi masyarakat, zaman dulu caranya mungkin serba ribet. Mulai dari harus hadir di balai desa, ikut rapat RT, atau unjuk rasa yang melelahkan.Â
Tapi sekarang, teknologi telah membuka pintu baru. Dengan konsep digitalisasi partisipasi publik, masyarakat bisa menyampaikan pendapat tanpa harus meninggalkan rumah.Â
Ini sejalan dengan tujuan SDGs poin 16, yaitu menciptakan masyarakat yang lebih inklusif dan partisipatif.Â
Tapi, apa sebenarnya digitalisasi partisipasi publik itu, dan bagaimana manfaatnya bagi pemerintah maupun masyarakat?
Apa Itu Digitalisasi Partisipasi Publik?
Dikutip dari Jurnal Humaniter, digitalisasi partisipasi publik adalah pemanfaatan teknologi untuk memungkinkan masyarakat berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan pemerintah.Â
Contohnya adalah platform e-partisipasi yang memungkinkan warga memberikan masukan secara daring. Dengan teknologi ini, batasan geografis dan waktu bisa diatasi, sehingga partisipasi publik menjadi lebih inklusif.Â
Sebagai gambaran, kalau dulu masyarakat harus repot hadir secara fisik untuk memberikan aspirasi, sekarang cukup klik di layar ponsel.
Manfaat Digitalisasi Partisipasi Publik
Manfaat dari digitalisasi partisipasi publik tidak main-main. Bagi pemerintah, teknologi ini memberikan efisiensi dan transparansi yang sangat dibutuhkan.Â
Menurut Jurnal IICET, data yang dikumpulkan secara digital mempermudah analisis dan pengambilan keputusan yang lebih akurat. Selain itu, akses publik terhadap informasi menjadi lebih terbuka, sehingga potensi korupsi bisa ditekan.
Bagi masyarakat, manfaatnya juga signifikan. Teknologi ini memberdayakan warga untuk terlibat lebih aktif dalam proses kebijakan.Â
Misalnya, laman Panda.id menunjukkan bagaimana platform digital membantu warga desa menyampaikan aspirasi mereka tanpa harus keluar rumah. Dengan partisipasi yang lebih mudah diakses, suara masyarakat, termasuk kelompok marginal, bisa lebih terdengar.
Contoh dan Studi Kasus Keberhasilan
Indonesia sebenarnya sudah mulai mengadopsi teknologi ini.Â
Panda.id adalah salah satu contoh platform lokal yang berhasil meningkatkan partisipasi masyarakat, khususnya di daerah pedesaan.Â
Menurut data Panda.id, warga desa kini lebih mudah menyampaikan pendapat mereka melalui aplikasi yang sederhana dan ramah pengguna.
Selain itu, kita juga bisa belajar dari Estonia, negara kecil di Eropa yang telah mengintegrasikan teknologi dalam sistem pemerintahannya.Â
Berdasarkan penelitian dari Jurnal IICET, Estonia menggunakan platform digital untuk pemilihan umum, yang memungkinkan partisipasi lebih luas dengan tingkat transparansi yang tinggi. Hasilnya, masyarakat lebih percaya pada sistem pemerintahannya.
Namun, keberhasilan ini tentu tidak datang tanpa tantangan. Di Indonesia, masalah akses internet dan literasi digital masih menjadi penghambat besar.
Tantangan dan Solusi
Pertama, soal akses internet. Di beberapa daerah terpencil di Indonesia, jaringan internet masih menjadi barang mewah.Â
Menurut Panda.id, keterbatasan infrastruktur digital adalah salah satu kendala utama dalam penerapan teknologi ini. Bagaimana mungkin warga bisa berpartisipasi secara digital kalau sinyal saja sulit didapat?
Kedua, literasi digital. Tidak semua orang, terutama generasi yang lebih tua, terbiasa menggunakan teknologi.Â
Jurnal Humaniter mencatat bahwa banyak masyarakat yang merasa kesulitan menggunakan platform digital karena desain yang terlalu rumit atau kurangnya edukasi.
Solusinya, pemerintah perlu meningkatkan investasi pada infrastruktur digital, terutama di daerah-daerah yang selama ini tertinggal.Â
Selain itu, program pelatihan literasi digital harus menjadi prioritas. Dengan memberikan edukasi yang tepat, masyarakat tidak hanya akan memahami cara menggunakan teknologi, tetapi juga merasa lebih percaya diri untuk terlibat.
Digitalisasi sebagai Jembatan Masa Depan
Digitalisasi partisipasi publik adalah peluang besar untuk menciptakan pemerintahan yang lebih inklusif dan transparan.Â
Namun, keberhasilannya sangat bergantung pada bagaimana kita mengatasi tantangan yang ada.Â
Kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta menjadi kunci utama.Â
Pada akhirnya, digitalisasi bukan hanya tentang teknologi, tapi juga tentang bagaimana kita memanfaatkannya untuk membangun masyarakat yang lebih adil dan partisipatif.
***Â
Referensi:
- Panda. id. (n. d. ). Meningkatkan Partisipasi Masyarakat: Digitalisasi Layanan Publik sebagai Sarana Keterlibatan Warga Desa. Diakses dari https: //www. panda. id/meningkatkan-partisipasi-masyarakat-digitalisasi-layanan-publik-sebagai-sarana-keterlibatan-warga-desa/
- Jurnal IICET. (n. d. ). Peran digitalisasi dalam meningkatkan partisipasi publik pada pengambilan keputusan tata negara. Diakses dari https: //jurnal. iicet. org/index. php/j-edu/article/view/3208
- Jurnal HUMANITER. (n. d. ). Sosialisasi Peran Serta Masyarakat Dalam Era Digital: Peluang Dan Tantangan Untuk Meningkatkan Keterlibatan Warga dalam Kebijakan. Diakses dari https: //jim. iainkudus. ac. id/index. php/HUMANITER/article/download/3170/209
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H