Batam, yang sering menjadi destinasi wisata populer bagi banyak orang, kini menghadapi sebuah dilema. Bagaimana menyeimbangkan pembangunan kota dengan pelestarian daya tarik wisata.Â
Baru-baru ini, para wisatawan mengeluhkan bahwa tulisan ikonik "Welcome to Batam", yang selama ini menjadi salah satu spot foto favorit, kini tertutup oleh gedung-gedung yang sedang dibangun di sekitarnya.Â
Keluhan ini, yang muncul pada 14 Desember 2024, menyoroti masalah besar yang sering kali dihadapi oleh kota-kota yang sedang berkembang, yaitu ketegangan antara pembangunan infrastruktur dan kebutuhan untuk mempertahankan daya tarik pariwisata yang menjadi identitas mereka.
Pembangunan Gedung dan Gangguan terhadap Daya Tarik Visual
Pembangunan gedung baru di sekitar area 'Welcome to Batam' tentu membawa banyak dampak.Â
Seperti dilansir Detik, wisatawan seperti Riski Kurniawan dari Banten dan Fazila dari Malaysia mengungkapkan kekecewaan mereka karena spot foto yang mereka harapkan untuk menyambut pengalaman berwisata di Batam kini tertutup oleh bangunan.Â
Kedua wisatawan ini tidak hanya kecewa karena pemandangan yang terhalang, tetapi juga karena simbol Batam yang begitu khas itu kini sulit dilihat.Â
Bagi banyak orang, tempat-tempat wisata memang tak hanya sekedar tentang destinasi, tetapi juga tentang pengalaman visual dan estetika.Â
Mengambil foto di depan tulisan besar 'Welcome to Batam' adalah bagian dari kenangan yang ingin mereka bawa pulang.Â
Namun, pembangunan yang terus berjalan mengganggu pengalaman ini.
Pihak Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Batam, yang diwakili oleh Kepala Dinas Ardiwinata mengakui keluhan ini, dikutip dari Detik.Â
Meskipun mereka telah mendengar berbagai keluhan dari agen perjalanan dan wisatawan, mereka juga terbatas dalam tindakan yang dapat mereka ambil karena pembangunan tersebut merupakan bagian dari rencana pembangunan kota yang lebih besar.Â
Ironisnya, meskipun tujuan dari pembangunan gedung tersebut adalah untuk mendukung pertumbuhan ekonomi Batam, dampaknya terhadap sektor pariwisata sangat signifikan, khususnya dalam hal menjaga daya tarik visual yang sudah menjadi bagian dari identitas kota tersebut.
Ketidakseimbangan Pembangunan dan Pariwisata
Pembangunan gedung baru ini menggambarkan sebuah dilema yang sering kali dihadapi oleh banyak kota di Indonesia dan dunia.Â
Yaitu bagaimana menyelaraskan pembangunan dengan kebutuhan sektor pariwisata.
Di satu sisi, pembangunan infrastruktur diperlukan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi dan memenuhi kebutuhan masyarakat.Â
Di sisi lain, ketidakseimbangan dalam perencanaan kota dapat merusak daya tarik pariwisata yang telah menjadi sumber pendapatan utama bagi banyak daerah.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh *Phinemo, pengembangan pariwisata yang terlalu menitikberatkan pada sektor ekonomi tanpa mempertimbangkan aspek lingkungan dan sosial sering kali berujung pada kerusakan kualitas destinasi wisata itu sendiri.Â
Over-exploitation terhadap sumber daya alam, yang sering kali terjadi dalam pembangunan berbasis pariwisata, dapat menyebabkan menurunnya minat wisatawan karena pengalaman mereka terganggu.Â
Dalam kasus Batam, gedung-gedung yang dibangun di sekitar landmark 'Welcome to Batam' menghalangi pandangan wisatawan, mengurangi nilai estetika dari lokasi tersebut, yang jelas berpotensi menurunkan daya tarik kota sebagai destinasi wisata.
Di sisi lain, sektor pariwisata memang menjadi bagian penting dalam perekonomian Batam.Â
Batam yang terletak dekat dengan Singapura dan Malaysia memiliki potensi besar untuk menarik wisatawan dari luar negeri.Â
Namun, ketika pembangunan kota tidak mengakomodasi kebutuhan sektor pariwisata, kita mulai melihat dampaknya dalam bentuk kekecewaan wisatawan yang merasa pengalaman mereka terganggu.
Solusi Pendekatan Pariwisata Berkelanjutan
Menghadapi dilema ini, solusi yang paling tepat adalah mengembangkan pendekatan pariwisata berkelanjutan.Â
Pendekatan ini harus memperhatikan aspek lingkungan, sosial, dan ekonomi secara bersamaan.Â
Pengelolaan yang lebih bijak terhadap pembangunan infrastruktur perlu diutamakan untuk memastikan bahwa daya tarik visual dari destinasi wisata tetap terjaga, sementara pada saat yang sama, kebutuhan pembangunan kota tetap terpenuhi.
Menurut FEB UMSU, pengembangan pariwisata yang berkelanjutan tidak hanya memperhatikan aspek ekonomi, tetapi juga melibatkan pelestarian lingkungan dan warisan budaya.Â
Ini berarti bahwa pengembangan infrastruktur harus dirancang sedemikian rupa agar tidak mengganggu pemandangan dan estetika tempat-tempat wisata yang sudah ada.Â
Dalam hal ini, pemerintah daerah dan pengembang perlu lebih proaktif dalam merencanakan proyek-proyek mereka, dengan melibatkan masyarakat setempat dan mempertimbangkan dampak jangka panjang terhadap sektor pariwisata.
Pembangunan yang berkelanjutan tidak hanya akan menguntungkan sektor pariwisata, tetapi juga akan menciptakan keseimbangan antara kebutuhan ekonomi dan pelestarian lingkungan.Â
Jika Batam ingin terus berkembang sebagai kota yang menarik bagi wisatawan, perencanaan yang lebih hati-hati dan inklusif sangat diperlukan.Â
Pembangunan infrastruktur, termasuk gedung-gedung baru, harus mempertimbangkan dampaknya terhadap ikon-ikon penting yang menjadi daya tarik utama bagi wisatawan, seperti 'Welcome to Batam'.
Kesimpulan
Pembangunan yang terjadi di Batam, meski untuk pertumbuhan ekonomi, menunjukkan perlunya kehati-hatian dalam merencanakan perkembangan kota.Â
Ketidakseimbangan antara pembangunan dan pelestarian daya tarik wisata dapat mengurangi minat wisatawan, yang tentunya berdampak pada perekonomian kota.Â
Dengan mengadopsi pendekatan pariwisata berkelanjutan yang memperhatikan semua aspek, lingkungan, sosial, dan ekonomi, Batam dapat menjaga keindahan alam dan ikon-ikon wisata yang telah lama menjadi daya tarik.Â
Sebagai kota yang terus berkembang, Batam perlu belajar dari kasus ini untuk memastikan bahwa pembangunan dan pariwisata dapat berjalan berdampingan, saling mendukung tanpa mengorbankan salah satu aspek yang vital.
***
Referensi:
- detikTravel. (2024, December 14). Welcome to Batam yang ikonik itu kini ketutupan gedung. detikTravel. https: //travel. detik. com/travel-news/d-7688857/welcome-to-batam-yang-ikonik-itu-kini-ketutupan-gedung
- Phinemo. (n.d.). Dampak negatif pariwisata yang memperhatikan pembangunan satu sisi. Phinemo. https: //phinemo. com/dampak-negatif-pariwisata-yang-memperhatikan-pembangunan-satu-sisi/
- FEB UMSU. (n.d.). Dampak pariwisata pada perekonomian. FEB UMSU. https: //feb. umsu. ac. id/dampak-pariwisata-pada-perekonomian/
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H