Ironisnya, meskipun tujuan dari pembangunan gedung tersebut adalah untuk mendukung pertumbuhan ekonomi Batam, dampaknya terhadap sektor pariwisata sangat signifikan, khususnya dalam hal menjaga daya tarik visual yang sudah menjadi bagian dari identitas kota tersebut.
Ketidakseimbangan Pembangunan dan Pariwisata
Pembangunan gedung baru ini menggambarkan sebuah dilema yang sering kali dihadapi oleh banyak kota di Indonesia dan dunia.Â
Yaitu bagaimana menyelaraskan pembangunan dengan kebutuhan sektor pariwisata.
Di satu sisi, pembangunan infrastruktur diperlukan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi dan memenuhi kebutuhan masyarakat.Â
Di sisi lain, ketidakseimbangan dalam perencanaan kota dapat merusak daya tarik pariwisata yang telah menjadi sumber pendapatan utama bagi banyak daerah.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh *Phinemo, pengembangan pariwisata yang terlalu menitikberatkan pada sektor ekonomi tanpa mempertimbangkan aspek lingkungan dan sosial sering kali berujung pada kerusakan kualitas destinasi wisata itu sendiri.Â
Over-exploitation terhadap sumber daya alam, yang sering kali terjadi dalam pembangunan berbasis pariwisata, dapat menyebabkan menurunnya minat wisatawan karena pengalaman mereka terganggu.Â
Dalam kasus Batam, gedung-gedung yang dibangun di sekitar landmark 'Welcome to Batam' menghalangi pandangan wisatawan, mengurangi nilai estetika dari lokasi tersebut, yang jelas berpotensi menurunkan daya tarik kota sebagai destinasi wisata.
Di sisi lain, sektor pariwisata memang menjadi bagian penting dalam perekonomian Batam.Â
Batam yang terletak dekat dengan Singapura dan Malaysia memiliki potensi besar untuk menarik wisatawan dari luar negeri.Â
Namun, ketika pembangunan kota tidak mengakomodasi kebutuhan sektor pariwisata, kita mulai melihat dampaknya dalam bentuk kekecewaan wisatawan yang merasa pengalaman mereka terganggu.