Mohon tunggu...
Aidhil Pratama
Aidhil Pratama Mohon Tunggu... Administrasi - ASN | Narablog

Minat pada Humaniora, Kebijakan Publik, Digital Marketing dan AI. Domisili Makassar.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pengelolaan ASN Singapura yang Patut Ditiru Indonesia

12 Desember 2024   06:00 Diperbarui: 11 Desember 2024   19:16 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setiap kali kita berbicara tentang negara-negara yang sukses dalam mengelola aparatur sipil negara (ASN), Singapura selalu muncul sebagai contoh utama. 

Dilansir dari Kompas, berdasarkan penelitian Universitas Oxford yang dipublikasikan dalam Indeks Administrasi Publik Blavatnik, Singapura terpilih sebagai negara dengan ASN terbaik di dunia. 

Keberhasilan Singapura ini tidak datang begitu saja. Singapura berhasil menempatkan dirinya di puncak peringkat global, mengungguli negara-negara besar seperti Norwegia, Kanada, dan sejumlah negara ASEAN, termasuk Indonesia yang menempati posisi 39. 

Lalu, apa yang bisa kita pelajari dari Singapura untuk meningkatkan kualitas ASN di Indonesia?

Keunggulan ASN Singapura: Kepemimpinan yang Pragmatis dan Inovatif

Salah satu faktor utama yang menjadikan Singapura unggul dalam pengelolaan ASN adalah kepemimpinan pragmatis yang diterapkan oleh pemerintahannya. 

Berdasarkan DJKN Kemenkeu, Singapura mengutamakan kebijakan yang efisien dan berdasarkan pada situasi, kondisi, dan data yang ada. 

Kepemimpinan pragmatis ini membuat pemerintah Singapura mampu untuk tidak terikat pada ideologi atau sistem tertentu, tetapi lebih fokus pada pencapaian hasil yang optimal. 

Dalam konteks ASN, ini berarti pemerintah Singapura selalu berusaha mencari cara terbaik untuk meningkatkan kinerja aparatur negara mereka, tanpa terjebak dalam rutinitas atau kebiasaan lama yang tidak relevan.

Di bawah kepemimpinan Lee Kuan Yew, Singapura mengembangkan sistem birokrasi yang berfokus pada kompetensi teknis dan manajerial, serta pelayanan publik yang berkualitas. 

Seperti yang dijelaskan dalam BBC.com, Lee Kuan Yew mengimplementasikan prinsip-prinsip kapitalisme negara yang mengedepankan efisiensi, kejujuran, dan transparansi. 

Ini semua tercermin dalam cara pemerintah Singapura mengelola ASN, di mana mereka tidak hanya menilai kinerja pegawai dari hasil pekerjaan mereka, tetapi juga melihat bagaimana mereka dapat beradaptasi dengan perubahan dan berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama.

Inovasi dalam Pengelolaan ASN: Umpan Balik 360 Derajat dan Mentoring

Salah satu aspek yang membedakan Singapura dari banyak negara lainnya adalah cara mereka mengelola pengembangan kompetensi ASN. 

Di Singapura, pengelolaan sumber daya manusia tidak hanya bergantung pada pelatihan teknis semata, tetapi juga pada pengembangan kompetensi sosial dan kemampuan kolaborasi. 

Menurut artikel dari BPSD Provinsi Sulawesi Selatan, Singapura menerapkan sistem umpan balik 360 derajat dan mentoring yang berkelanjutan untuk memastikan bahwa ASN mereka terus berkembang, baik dari segi kompetensi teknis maupun interpersonal. 

Hal ini bertujuan untuk menghilangkan kesenjangan dalam penilaian kinerja, di mana umpan balik tidak hanya datang dari atasan langsung, tetapi juga dari rekan kerja, bawahan, dan bahkan pelanggan yang dilayani.

Pendekatan ini memungkinkan ASN Singapura untuk lebih adaptif terhadap perubahan yang terjadi di dalam dan luar pemerintahan. 

Dengan sistem ini, mereka tidak hanya menjadi individu yang terampil dalam bidang mereka, tetapi juga menjadi profesional yang mampu bekerja sama, mendengarkan, dan berkembang dalam lingkungan yang terus berubah. 

Sebaliknya, Indonesia yang masih mengandalkan sistem penilaian atasan langsung, cenderung memiliki kesulitan dalam menciptakan budaya kolaborasi yang sehat antar ASN. 

Sistem ini, meskipun mudah diterapkan, tidak cukup mendorong ASN untuk beradaptasi dengan dinamika pekerjaan yang terus berkembang.

Apa yang Dapat Dipelajari Indonesia?

Indonesia memiliki tantangan besar dalam memperbaiki kualitas ASN. 

Berdasarkan data yang ada, Indonesia berada di posisi 39 dalam Indeks Administrasi Publik Blavatnik 2024, jauh tertinggal dari Singapura. 

Salah satu perbedaan utama antara kedua negara terletak pada pendekatan terhadap pengelolaan ASN. 

Di Singapura, pengelolaan ASN lebih mengutamakan kolaborasi, peningkatan kompetensi, dan umpan balik yang konstruktif. 

Sebaliknya, Indonesia masih terjebak pada sistem hierarki yang kaku, yang hanya mengutamakan penilaian dari atasan langsung tanpa mempertimbangkan kontribusi dari rekan kerja atau bawahan.

Namun, meskipun Indonesia menghadapi tantangan besar, ada banyak hal yang bisa dilakukan untuk memperbaiki situasi ini. 

Salah satunya adalah dengan memodernisasi sistem penilaian ASN yang lebih mengutamakan aspek kolaborasi dan pengembangan diri, serta mengadopsi prinsip kepemimpinan pragmatis yang berfokus pada hasil nyata. 

Menurut DJKN Kemenkeu, pendekatan berbasis kompetensi teknis dan manajerial yang diterapkan di Singapura juga bisa diadaptasi untuk meningkatkan kualitas ASN di Indonesia.

Kesimpulan

Pelajaran terbesar yang bisa dipetik dari keberhasilan Singapura adalah pentingnya kepemimpinan yang fleksibel dan mampu beradaptasi dengan situasi dan kebutuhan yang ada. 

Lee Kuan Yew, dengan segala visi dan kebijakannya, telah membuktikan bahwa birokrasi yang efisien tidak hanya dibangun dengan struktur organisasi yang baik, tetapi juga dengan komitmen terhadap pengembangan sumber daya manusia secara berkelanjutan. 

Oleh karena itu, Indonesia perlu mengadopsi pendekatan yang lebih kolaboratif, berbasis umpan balik, dan berfokus pada pengembangan kompetensi ASN secara menyeluruh.

Tentunya, proses ini tidak bisa terjadi dalam semalam. 

Dibutuhkan komitmen dari pemerintah, para pemimpin, serta semua pihak terkait untuk mulai mengubah paradigma dalam pengelolaan ASN. 

Dengan menerapkan langkah-langkah tersebut, Indonesia dapat bergerak menuju birokrasi yang lebih profesional dan mampu memberikan pelayanan publik yang lebih baik bagi masyarakat.

***

Referensi:

  • Kompas. com. (2024, Desember 11). ASN Singapura terbaik di dunia: Faktor kepemimpinan. Diakses dari https: //www. kompas. com/tren/read/2024/12/11/072648065/asn-singapura-terbaik-di-dunia-faktor-kepemimpinan?page=all  
  • BPSD Provinsi Sulawesi Selatan. (n.d.). Integritas dan profesionalisme ASN di era milenial. Diakses dari https: //bpsdm. sulselprov. go. id/informasi/detail/integritas-dan-profesionalisme-asn-di-era-milenial
  • DJKN Kemenkeu. (n.d.). Menerapkan profesionalisme ASN dalam bekerja. Diakses dari https: //www. djkn. kemenkeu. go. id/kpknl-madiun/baca-artikel/16958/Menerapkan-Profesionalisme-ASN-dalam-Bekerja.html
  • BBC.com. (2015, Maret 27). Obituari Lee Kuan Yew. Diakses dari https: //www. bbc. com/indonesia/dunia/2015/03/150227_obituari_lee_kuan_yew

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun