Mohon tunggu...
Aidhil Pratama
Aidhil Pratama Mohon Tunggu... Administrasi - ASN | Narablog

Minat pada Humaniora, Kebijakan Publik, Digital Marketing dan AI. Domisili Makassar.

Selanjutnya

Tutup

Parenting Artikel Utama

Daddy Blues, Sebuah Kisah Ayah Baru

11 Desember 2024   06:00 Diperbarui: 12 Desember 2024   12:16 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi-- Daddy blues (Freepik/user18526052 )

Ayah baru sering menghadapi daddy blues, perasaan lelah dan cemas yang jarang dibicarakan setelah kelahiran anak. 

Masa-masa awal jadi orang tua, khususnya bagi ayah baru, sering diwarnai dengan kebingungannya tersendiri. 

Terdapat banyak harapan yang datang bersamaan dengan kelahiran anak, namun ada satu sisi yang jarang dibicarakan secara terbuka, yaitu daddy blues. 

Kondisi emosional ini serupa dengan baby blues pada ibu. Namun, sering kali dianggap remeh dan bahkan diabaikan. 

Padahal, daddy blues bukan sekadar perasaan lelah, tetapi melibatkan kecemasan yang mendalam tentang peran baru sebagai ayah. 

Lalu, bagaimana kita dapat membantu ayah baru menghadapinya?

Apa Itu Daddy Blues dan Mengapa Bisa Terjadi?

Ilustrasi daddy blues (Photo: Shutterstock via HelloSehat.com) 
Ilustrasi daddy blues (Photo: Shutterstock via HelloSehat.com) 
Menjadi orangtua adalah pengalaman hidup yang mendalam. Namun kenyataannya, banyak ayah baru yang merasa kewalahan dengan perubahan besar ini. 

Daddy blues mengacu pada kondisi emosional yang dialami ayah baru setelah kelahiran anak, yang melibatkan rasa lelah, cemas, dan stres. 

Kondisi ini dipicu oleh tekanan fisik dan emosional dalam menjalani peran baru sebagai seorang ayah, yang sering kali disertai dengan rasa tidak siap dan hilangnya kebebasan pribadi.

Menurut data yang dikutip dari KlikDokter (2023), sekitar 10,4% ayah baru mengalami tingkat depresi yang lebih tinggi dari biasanya, sementara sekitar 21% pria juga mengalami gejala mirip baby blues (kondisi gangguan emosional yang lebih dikenal di kalangan ibu setelah melahirkan). 

Menurut TheAsianParent (2023), banyak ayah yang merasa tertekan dengan dinamika keluarga yang berubah, terutama akibat perasaan cemas tentang kemampuan mereka sebagai orang tua baru. 

Mereka juga mungkin merasa tidak siap dengan tanggung jawab besar yang datang, seperti harus membagi waktu antara pekerjaan dan keluarga, serta menghadapi ketegangan dalam hubungan dengan pasangan.

Masalah Emosional dan Sosial yang Diabaikan

Salah satu bagian dari daddy blues yang sering diabaikan adalah dampaknya terhadap hubungan sosial dan peran dalam keluarga. 

Ayah baru sering kali terperangkap dalam perasaan terasing, seolah mereka bukan lagi bagian penting dari kehidupan keluarga yang baru terbentuk. 

Hal ini sangat wajar terjadi, mengingat perhatian keluarga dan orang terdekat cenderung lebih fokus pada ibu dan bayi yang baru lahir. 

Bagi banyak ayah, perbandingan terhadap perhatian yang lebih diberikan kepada ibu dan anak bisa memicu ketegangan dan kecemasan lebih lanjut (TheAsianParent, 2023).

Selain itu, banyak ayah merasa bahwa mereka harus selalu tampak kuat dan tidak boleh menunjukkan kelemahan atau kekhawatiran. 

Dalam budaya Indonesia, figur ayah sering kali digambarkan sebagai pria yang tegar dan mampu menanggung segala beban keluarga. 

Akibatnya, banyak ayah enggan mengungkapkan perasaan mereka tentang kecemasan atau ketidakpastian yang mereka rasakan dalam mengasuh anak. Padahal, hal ini justru memperburuk kondisi mereka.

Faktor Penyebab dan Dampak Fisik

Perasaan cemas dan lelah yang muncul akibat daddy blues bukan sekadar perasaan emosional yang bisa diabaikan. 

Laman KlikDokter (2023) mengungkap bahwa banyak ayah baru mengalami perubahan mental dan perilaku yang cukup signifikan akibat kelelahan ekstrem dan kurang tidur. 

Kondisi fisik yang menurun dapat memengaruhi kestabilan emosional mereka, menyebabkan mereka lebih mudah tersinggung, menarik diri dari interaksi sosial, atau bahkan menjadi agresif. 

Jika dibiarkan tanpa penanganan, ini dapat berujung pada masalah psikologis yang lebih berat, seperti depresi.

Selain itu, ketegangan finansial juga sering kali menjadi penyebab utama stres pada ayah baru. 

Menjadi orang tua mengharuskan mereka untuk menghadapi berbagai tuntutan ekonomi, terutama dengan adanya kebutuhan untuk membiayai kebutuhan anak yang semakin berkembang. 

Hal ini diperburuk dengan perasaan cemas yang muncul ketika ayah merasa tidak dapat memberikan yang terbaik untuk keluarga mereka.

Peran Penting Pasangan dan Orang Terdekat

Sebagai ayah baru yang menghadapi daddy blues, dukungan dari pasangan adalah elemen yang sangat penting. 

Berdasarkan artikel dari MotherCare (2023), istri sebagai pasangan, memegang peran kunci dalam memberikan dukungan emosional yang dibutuhkan ayah baru. 

Istri yang peka terhadap perasaan suami dan siap mendengarkan keluhan atau kekhawatiran yang ada, bisa memberikan rasa aman dan memperkuat ikatan keluarga. 

Namun, dukungan ini bukan hanya sekadar memberi bantuan fisik atau tugas rumah tangga, tetapi juga memberikan ruang bagi ayah untuk berbicara tentang apa yang mereka rasakan, tanpa rasa takut dihakimi.

Komunikasi terbuka dan saling mendengarkan sangat dibutuhkan. 

Ayah perlu merasa bahwa mereka dapat berbagi perasaan mereka tanpa takut dianggap lemah atau tidak mampu menjalani peran mereka. 

Hal ini menjadi penting karena dengan adanya komunikasi yang baik, masalah emosional dapat diselesaikan lebih cepat, dan ayah merasa didukung dalam peran pengasuhannya.

Berkonsultasi dengan ayah (kakek) atau sahabat yang berpengalaman dapat menjadi dukungan berharga bagi ayah baru yang menghadapi daddy blues. 

Kakek, dengan pengalamannya, dapat memberikan perspektif bijak dan emosional yang mendalam. 

Sahabat yang sudah berkeluarga pun bisa berbagi pengalaman dan memberikan dukungan tanpa penilaian. 

Kedua sumber ini membantu ayah baru merasa didukung, dipahami, dan tidak sendirian dalam menjalani peran orang tua yang baru.

Menyadari dan Menghadapi Daddy Blues

Salah satu pesan penting dalam menghadapi daddy blues adalah kesadaran bahwa perasaan ini adalah bagian dari transisi normal dalam kehidupan. 

Ayah baru tidak perlu merasa bahwa mereka harus menghadapinya sendiri. 

Mengakui perasaan cemas, lelah, dan tertekan adalah langkah pertama yang penting. 

Menurut MotherCare (2023), kesadaran akan kondisi ini membantu ayah untuk tidak merasa malu atau merasa tidak mampu. 

Dengan dukungan yang tepat, baik dari pasangan, keluarga, maupun profesional, ayah dapat mengatasi daddy blues dan menjalani peran mereka dengan lebih baik.

Menciptakan Ruang untuk Ayah

Daddy blues adalah masalah nyata yang perlu mendapat perhatian lebih. 

Selama ini, terlalu sering kita hanya fokus pada ibu dan perasaan mereka pasca melahirkan, sementara perasaan ayah baru sering kali terabaikan. Padahal, kondisi emosional ayah juga sama pentingnya. 

Dengan lebih memahami dan menghargai perasaan ayah, kita bisa menciptakan lingkungan yang lebih mendukung bagi mereka untuk menjalani peran pengasuhan dengan lebih baik. 

Mengingat banyaknya tantangan yang dihadapi, kita semua, sebagai masyarakat, perlu membuka mata terhadap pentingnya peran ayah dalam pengasuhan anak. 

Ayah bukan hanya sebagai penyedia finansial, tetapi juga sebagai sosok yang perlu didukung secara emosional.

***

Referensi:

  • MotherCare. (n.d.). Daddy blues: Kondisi emosional ayah baru setelah kelahiran anak. Diambil dari https: //www. mothercare. co. id/modern-parent/daddy-blues
  • TheAsianParent. (2023, Oktober 13). Baby blues pada ayah: Apa itu dan bagaimana cara menghadapinya. Diambil dari https: //id. theasianparent. com/baby-blues-pada-ayah
  • KlikDokter. (2023, Oktober 18). Waspada baby blues syndrome, juga bisa menyerang ayah. Diambil dari https: //www. klikdokter. com/ibu-anak/kehamilan/waspada-baby-blues-syndrome-juga-bisa-menyerang-ayah
  • Liputan6. (2023, Oktober 5). 5 cara mengatasi baby blues, ternyata ayah juga bisa kena. Diambil dari https: //www. liputan6. com/hot/read/5161337/5-cara-mengatasi-baby-blues-ternyata-ayah-juga-bisa-kena

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun