Mohon tunggu...
Aidhil Pratama
Aidhil Pratama Mohon Tunggu... Administrasi - ASN | Narablog

Minat pada Humaniora, Kebijakan Publik, Digital Marketing dan AI. Domisili Makassar.

Selanjutnya

Tutup

Parenting Artikel Utama

Daddy Blues, Sebuah Kisah Ayah Baru

11 Desember 2024   06:00 Diperbarui: 12 Desember 2024   12:16 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi-- Daddy blues (Freepik/user18526052 )

Laman KlikDokter (2023) mengungkap bahwa banyak ayah baru mengalami perubahan mental dan perilaku yang cukup signifikan akibat kelelahan ekstrem dan kurang tidur. 

Kondisi fisik yang menurun dapat memengaruhi kestabilan emosional mereka, menyebabkan mereka lebih mudah tersinggung, menarik diri dari interaksi sosial, atau bahkan menjadi agresif. 

Jika dibiarkan tanpa penanganan, ini dapat berujung pada masalah psikologis yang lebih berat, seperti depresi.

Selain itu, ketegangan finansial juga sering kali menjadi penyebab utama stres pada ayah baru. 

Menjadi orang tua mengharuskan mereka untuk menghadapi berbagai tuntutan ekonomi, terutama dengan adanya kebutuhan untuk membiayai kebutuhan anak yang semakin berkembang. 

Hal ini diperburuk dengan perasaan cemas yang muncul ketika ayah merasa tidak dapat memberikan yang terbaik untuk keluarga mereka.

Peran Penting Pasangan dan Orang Terdekat

Sebagai ayah baru yang menghadapi daddy blues, dukungan dari pasangan adalah elemen yang sangat penting. 

Berdasarkan artikel dari MotherCare (2023), istri sebagai pasangan, memegang peran kunci dalam memberikan dukungan emosional yang dibutuhkan ayah baru. 

Istri yang peka terhadap perasaan suami dan siap mendengarkan keluhan atau kekhawatiran yang ada, bisa memberikan rasa aman dan memperkuat ikatan keluarga. 

Namun, dukungan ini bukan hanya sekadar memberi bantuan fisik atau tugas rumah tangga, tetapi juga memberikan ruang bagi ayah untuk berbicara tentang apa yang mereka rasakan, tanpa rasa takut dihakimi.

Komunikasi terbuka dan saling mendengarkan sangat dibutuhkan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun