Melansir artikel penelitian Gobel R.K., dkk. dalam Jurnal Sustainability terbitan Universitas Indonesia, di negara lain seperti India, kebijakan subsidi BBM untuk pengemudi taksi online juga tidak berhasil mengurangi kemiskinan atau meningkatkan kesejahteraan secara signifikan.Â
Ini menunjukkan bahwa subsidi BBM bukanlah solusi jangka panjang bagi kesejahteraan pengemudi ojek online.
Alternatif Subsidi yang Lebih Tepat Sasaran
Di tengah keterbatasan anggaran subsidi, pemerintah mulai mempertimbangkan alternatif yang lebih rasional dan mungkin lebih efektif, yaitu bantuan langsung tunai (BLT).Â
Mengapa BLT bisa jadi solusi? Karena BLT dapat disalurkan langsung kepada mereka yang benar-benar membutuhkan, dengan menggunakan data yang lebih akurat tentang penghasilan penerima.Â
Dengan sistem ini, pengemudi ojek online yang berada di garis kemiskinan bisa menerima bantuan yang dapat digunakan sesuai kebutuhan mereka, tanpa terpengaruh fluktuasi harga BBM.
Kunci dari kebijakan ini adalah data yang tepat.Â
Pemerintah dapat memanfaatkan teknologi untuk menentukan siapa yang berhak menerima BLT, berdasarkan pendapatan dan status pekerjaan.Â
Hal ini akan lebih efisien dibandingkan dengan memberikan subsidi BBM yang belum terbukti efektif meningkatkan daya beli pengemudi ojek online.
Selain itu, menurut Dr. Rina Andriani, ekonom dari Universitas Indonesia, subsidi BBM yang lebih efektif harus disertai dengan program pelatihan atau diversifikasi sumber pendapatan.Â
Fokus kebijakan sebaiknya tidak hanya pada subsidi transportasi, tetapi juga pada pemberdayaan pengemudi ojek online untuk memperoleh penghasilan tambahan atau meningkatkan keterampilan mereka, yang pada gilirannya dapat memperbaiki kesejahteraan mereka dalam jangka panjang.
Apa Dampaknya bagi Pengemudi Ojek Online?
Dari sudut pandang pengemudi ojek online, pencabutan subsidi BBM jelas bukan hal yang mudah diterima.Â