Fenomena serupa juga terjadi di negara lain, di mana pemilihan dengan hanya satu calon sering kali meningkatkan angka golput.Â
Di negara berkembang, kurangnya kompetisi politik terbuka antara calon atau partai membuat pemilih merasa tidak terlibat, yang berujung pada rendahnya partisipasi dalam pemilu.
Dampak Jangka Panjang Terhadap Demokrasi
Tingginya angka golput memberikan dampak jangka panjang yang signifikan terhadap demokrasi di Indonesia.Â
Partisipasi aktif dari masyarakat sangat penting untuk menjaga kualitas demokrasi.Â
Jika semakin banyak orang yang tidak terlibat dalam pemilu, maka sulit untuk memastikan kebijakan yang dihasilkan benar-benar mencerminkan kehendak rakyat.Â
Menurut penelitian Richard W. Frank dan Ferran MartÃnez i Coma dalam artikel Correlates of Voter Turnout (2021), durasi kampanye yang panjang dan sosialisasi yang intensif dapat meningkatkan partisipasi pemilih.Â
Jika kampanye lebih terstruktur dan pemilih mendapatkan informasi yang jelas, mereka lebih cenderung untuk berpartisipasi.Â
Selain itu, Shane P. Singh dalam bukunya Beyond Turnout: How Compulsory Voting Shapes Citizens and Political Parties (2021) juga menyarankan pemungutan suara wajib sebagai cara untuk meningkatkan partisipasi, bahkan bagi mereka yang tidak memiliki preferensi khusus terhadap calon tertentu.Â
Semua faktor ini penting untuk memastikan demokrasi tetap berjalan sehat dan representatif.
Mereformasi Sistem Pemilu untuk Meningkatkan Partisipasi
Untuk meningkatkan partisipasi pemilih di Pilkada 2024 dan pemilu mendatang, reformasi sistem pemilu sangat diperlukan. Partai politik harus lebih selektif dalam memilih calon yang mewakili aspirasi masyarakat.Â
KPU juga perlu lebih aktif dalam menyelenggarakan sosialisasi yang efektif dan memperpanjang durasi kampanye, agar pemilih memiliki cukup waktu untuk memahami calon yang ada.Â