Mohon tunggu...
Aidhil Pratama
Aidhil Pratama Mohon Tunggu... Administrasi - ASN | Narablog

Minat pada Humaniora, Kebijakan Publik, Digital Marketing dan AI. Domisili Makassar.

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Fenomena Golput di Pilkada 2024: Penyebab dan Dampak

30 November 2024   15:00 Diperbarui: 30 November 2024   14:57 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi golput (KOMPAS/SUPRIYANTO) 

Fenomena serupa juga terjadi di negara lain, di mana pemilihan dengan hanya satu calon sering kali meningkatkan angka golput. 

Di negara berkembang, kurangnya kompetisi politik terbuka antara calon atau partai membuat pemilih merasa tidak terlibat, yang berujung pada rendahnya partisipasi dalam pemilu.

Dampak Jangka Panjang Terhadap Demokrasi

Tingginya angka golput memberikan dampak jangka panjang yang signifikan terhadap demokrasi di Indonesia. 

Partisipasi aktif dari masyarakat sangat penting untuk menjaga kualitas demokrasi. 

Jika semakin banyak orang yang tidak terlibat dalam pemilu, maka sulit untuk memastikan kebijakan yang dihasilkan benar-benar mencerminkan kehendak rakyat. 

Menurut penelitian Richard W. Frank dan Ferran Martínez i Coma dalam artikel Correlates of Voter Turnout (2021), durasi kampanye yang panjang dan sosialisasi yang intensif dapat meningkatkan partisipasi pemilih. 

Jika kampanye lebih terstruktur dan pemilih mendapatkan informasi yang jelas, mereka lebih cenderung untuk berpartisipasi. 

Selain itu, Shane P. Singh dalam bukunya Beyond Turnout: How Compulsory Voting Shapes Citizens and Political Parties (2021) juga menyarankan pemungutan suara wajib sebagai cara untuk meningkatkan partisipasi, bahkan bagi mereka yang tidak memiliki preferensi khusus terhadap calon tertentu. 

Semua faktor ini penting untuk memastikan demokrasi tetap berjalan sehat dan representatif.

Mereformasi Sistem Pemilu untuk Meningkatkan Partisipasi

Untuk meningkatkan partisipasi pemilih di Pilkada 2024 dan pemilu mendatang, reformasi sistem pemilu sangat diperlukan. Partai politik harus lebih selektif dalam memilih calon yang mewakili aspirasi masyarakat. 

KPU juga perlu lebih aktif dalam menyelenggarakan sosialisasi yang efektif dan memperpanjang durasi kampanye, agar pemilih memiliki cukup waktu untuk memahami calon yang ada. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun