Mohon tunggu...
Aidhil Pratama
Aidhil Pratama Mohon Tunggu... Administrasi - ASN | Narablog

Minat pada Humaniora, Kebijakan Publik, Digital Marketing dan AI. Domisili Makassar.

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence Pilihan

Selama Data Masih Asal Bapak Senang, AI Indonesia Jauh Dari Nyata

29 November 2024   15:39 Diperbarui: 29 November 2024   15:39 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi laporan pemerintah yang tidak akurat dan mesin AI (Gambar diolah dengan Dreamina AI) 

Pengembangan kecerdasan buatan (AI) di Indonesia menghadapi tantangan yang cukup besar. Salah satu masalah paling mendasar adalah kualitas data yang tidak memadai. 

Ini bukan sekadar soal pengumpulan data, tetapi juga soal ketepatan dan konsistensi data yang digunakan. 

GOTO dan Indosat, dalam upaya mereka mengembangkan platform AI bernama Sahabat AI, berfokus pada pengembangan model bahasa besar yang dapat menangani bahasa lokal Indonesia. 

Namun, meski ada niat baik di balik inisiatif ini, kenyataan yang dihadapi adalah penguasaan bahasa Indonesia yang masih lemah di banyak kalangan, serta kurangnya data berkualitas yang relevan. 

Apa dampaknya? Tanpa data yang terstruktur dan berkualitas, AI yang dibangun hanya akan menjadi alat yang tidak efektif.

Ketidaksesuaian Data dengan Kebutuhan AI

Bicara soal pengembangan AI, ada satu hal yang sangat krusial, yaitu data. Tanpa data yang berkualitas, sebuah sistem AI tidak akan mampu memberikan hasil yang akurat atau berguna. 

AI membutuhkan data yang besar, relevan, dan terstruktur dengan baik agar dapat melatih algoritmanya secara efektif. 

Namun, Indonesia menghadapi masalah besar dalam hal ini. Tidak jarang, data yang digunakan untuk melatih model AI berasal dari sumber yang tidak terverifikasi atau bahkan salah. 

Banyak laporan yang beredar di situs resmi pemerintah, misalnya, disusun tanpa memperhatikan fakta yang sebenarnya. Terkesan data 'Asal Bapak Senang'. 

Hal ini mengarah pada masalah besar ketika laporan-laporan tersebut digunakan oleh sistem AI sebagai bahan pelatihan. 

Alih-alih menghasilkan output yang berguna, AI justru akan terjebak dalam kesalahan dan menghasilkan analisis yang salah atau bahkan menyesatkan.

Masalah ini diperburuk dengan kebiasaan di sektor publik yang sering mengeluarkan laporan tanpa basis data yang jelas dan akurat, hanya untuk memenuhi kewajiban administratif. 

Laporan-laporan seperti ini sering kali diunggah ke platform pemerintah dan, dalam beberapa kasus, digunakan sebagai data oleh AI. 

Padahal, tanpa validitas yang kuat, AI yang dilatih dengan data tersebut akan menghasilkan keputusan yang cacat dan tidak mencerminkan kondisi nyata. 

Inilah sebabnya kualitas data menjadi penghalang utama dalam pengembangan AI di Indonesia.

Kesenjangan Infrastruktur dan Regulasi AI

Menurut laporan dari UNESCO, meskipun Indonesia telah berusaha untuk mengadopsi teknologi AI yang lebih maju, regulasi dan infrastruktur yang ada masih jauh dari memadai (Tempo, 2024). 

Infrastruktur yang buruk, terutama dalam hal konektivitas internet dan akses data di berbagai daerah, memperburuk kesenjangan ini. 

Bayangkan saja, di banyak daerah, jaringan internet yang lambat atau tidak stabil membuat banyak data sulit diakses, apalagi jika data tersebut diperlukan untuk melatih AI secara real-time.

Selain itu, regulasi yang tidak jelas juga menambah tantangan. Tanpa aturan yang jelas tentang bagaimana data harus dikumpulkan, disimpan, dan diproses, pengembangan AI akan terhambat. 

Data yang tidak dikelola dengan benar bisa berisiko menyebabkan bias dalam sistem AI atau bahkan menciptakan kesalahan fatal dalam pengambilan keputusan, khususnya di sektor-sektor kritis seperti kesehatan, transportasi, dan hukum.

Pentingnya Kedaulatan Data

Kunci dari pengembangan AI yang efektif di Indonesia terletak pada kualitas dan akurasi data lokal. 

CEO Nvidia, Jensen Huang, menekankan bahwa untuk memastikan AI dapat mencerminkan realitas Indonesia, data yang digunakan harus berasal dari sumber lokal yang valid dan akurat (Suara, 2024). 

Jika data yang digunakan tidak sesuai dengan kondisi sosial, budaya, dan ekonomi Indonesia, AI yang dihasilkan akan jauh dari kata relevan.

Misalnya, jika data yang digunakan dalam sektor kesehatan tidak mencakup penyakit atau masalah kesehatan yang lebih sering terjadi di Indonesia, AI akan kesulitan memberikan diagnosis atau rekomendasi yang tepat. 

Begitu pula dalam sektor hukum, jika data yang digunakan tidak mencerminkan realitas hukum Indonesia, keputusan yang dihasilkan oleh AI bisa sangat berbeda dengan harapan masyarakat.

Meningkatkan Pengelolaan dan Transparansi Data

Untuk mengatasi masalah ini, langkah pertama yang perlu diambil adalah memperbaiki sistem pengelolaan dan pelaporan data di Indonesia. 

Laporan-laporan yang dikeluarkan oleh instansi pemerintah harus didasarkan pada data yang akurat, terverifikasi, dan konsisten. 

Pemerintah perlu menerapkan sistem pelaporan yang lebih transparan, di mana data yang digunakan tidak hanya memenuhi standar kualitas, tetapi juga mudah diakses dan dapat dipertanggungjawabkan.

Langkah berikutnya adalah menciptakan platform data terbuka yang memungkinkan semua pihak untuk mengakses dan menggunakan data yang akurat. 

Dengan adanya transparansi data, pengembangan AI di Indonesia dapat berjalan lebih efektif dan berdaya guna. 

Selain itu, penting juga untuk memperkuat infrastruktur teknologi dan konektivitas di seluruh wilayah Indonesia. 

Tanpa infrastruktur yang kuat, pengembangan AI hanya akan terhenti di kota-kota besar, sementara daerah-daerah lainnya tertinggal.

Menata Ulang Kualitas Data untuk Masa Depan AI di Indonesia

Sebagai negara dengan potensi besar dalam pengembangan teknologi, Indonesia harus segera memperbaiki cara kita mengelola dan memanfaatkan data. 

Tanpa data yang berkualitas, impian untuk membangun kecerdasan buatan yang bisa mengubah sektor-sektor penting di Indonesia akan tetap menjadi mimpi. 

Ini bukan hanya soal teknologi, tetapi juga tentang bagaimana kita mengatur sumber daya kita agar bermanfaat untuk masa depan. 

Jika kita bisa memperbaiki kualitas data dan memastikan data yang digunakan adalah akurat, relevan, dan terstruktur, maka AI yang dibangun akan lebih efektif, bermanfaat, dan tentu saja, lebih relevan dengan kebutuhan masyarakat Indonesia. 

Kita perlu berpikir jangka panjang dan memulai dari sekarang, karena teknologi ini akan sangat menentukan arah Indonesia ke depan.

***

Referensi:

  • Tempo. (2023, Mei 25). Evaluasi lanskap AI di Indonesia: Ini 3 temuan dan 3 rekomendasi dari UNESCO. 
  • Bisnis.com. (2024, Juni 20). Pakar ungkap tantangan penerapan kecerdasan buatan (AI) di sektor pelayanan publik. 
  • MediaFormasi. (2024, November). Mengungkap perkembangan AI di Indonesia: Tren, tantangan, dan masa depan cerah. 
  • Suara.com. (2024, November 28). Indonesia ternyata bisa cuan besar dari teknologi AI, kata bos NVIDIA.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun