Mohon tunggu...
Aidhil Pratama
Aidhil Pratama Mohon Tunggu... Administrasi - ASN | Narablog

Minat pada Humaniora, Kebijakan Publik, Digital Marketing dan AI. Domisili Makassar.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Bawa Anak ke Kantor, antara Kebutuhan dan Profesionalisme

25 November 2024   12:00 Diperbarui: 26 November 2024   15:03 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi orangtua membawa anaknya ke kantor (Gambar diolah dengan Dall-E) 

Rahayu Saraswati, Wakil Ketua Komisi VII DPR RI, membawa anaknya ke rapat di Gedung DPR/MPR RI. Hal ini menjadi sorotan publik. 

Kejadian ini memicu perdebatan hangat di media sosial. Sebagian pihak melihat langkah tersebut sebagai bentuk fleksibilitas kerja yang patut diapresiasi, sementara yang lain menganggapnya kurang profesional dalam konteks dunia kerja. 

Isu ini tidak hanya mengangkat batas antara peran keluarga dan karier, tetapi juga mencerminkan dilema yang sering dihadapi orang tua pekerja. 

Membawa anak ke tempat kerja, meskipun terlihat sederhana, adalah keputusan yang kompleks, sering kali lahir dari kondisi yang mendesak dan keterbatasan pilihan.  

Realitas Orang Tua Pekerja di Indonesia  

Di Indonesia, peran ganda orang tua pekerja masih menjadi tantangan besar, terutama bagi perempuan. 

Data dari World Bank (2021) menunjukkan bahwa partisipasi perempuan dalam angkatan kerja stagnan di angka 53 persen selama dua dekade terakhir. Ini menunjukkan bahwa perempuan sering kali harus memilih antara karier atau tanggung jawab keluarga.  

Salah satu penyebabnya adalah minimnya dukungan institusional. Misalnya, fasilitas daycare di tempat kerja masih jarang ditemukan, sementara budaya kerja kita cenderung kaku. 

Dalam situasi seperti ini, membawa anak ke tempat kerja menjadi solusi terakhir bagi orang tua, terutama saat tidak ada alternatif lain. 

UNICEF (2024) menegaskan bahwa kebijakan ramah keluarga sangat penting untuk mendukung keseimbangan kerja dan kehidupan keluarga.  

Profesionalisme yang Kontekstual  

Apa yang sebenarnya dimaksud dengan profesionalisme? Selama ini, banyak orang mendefinisikannya sebagai bekerja tanpa gangguan dan memisahkan kehidupan pribadi dari karier. 

Namun, kehidupan nyata tidak sesederhana itu. Membawa anak ke tempat kerja tidak serta-merta menandakan kurang profesional, tetapi tergantung pada konteksnya.  

Psikolog Ivana Kamilie, M.Psi., menyoroti pentingnya melihat situasi dari berbagai sudut pandang.

Jika kondisi rumah mendesak, seperti tidak adanya pengasuh atau daycare, dan orang tua sudah mengomunikasikan hal ini kepada kolega dan atasan, maka tindakan ini masih dapat diterima. 

Yang penting adalah memastikan pekerjaan tetap terlaksana dengan baik dan tidak mengganggu lingkungan kerja.  

Mengapa Membawa Anak ke Kantor Bukan Masalah?  

Bagi saya, keputusan Rahayu Saraswati membawa anak ke kantor adalah refleksi dari kebutuhan fleksibilitas yang lebih besar dalam dunia kerja. 

Bayangkan skenario berikut, anda seorang ibu dengan anak kecil, tanpa pengasuh atau daycare. Apa yang akan anda lakukan? Dalam situasi ini, pilihan membawa anak ke kantor bukanlah soal ingin, tetapi harus.  

Selain itu, tindakan ini membuka diskusi tentang bagaimana perusahaan dapat menciptakan lingkungan kerja yang inklusif. Fasilitas seperti daycare di kantor bukan hanya membantu orang tua, tetapi juga meningkatkan produktivitas dan loyalitas karyawan.

Menurut UNICEF, kebijakan ramah keluarga di tempat kerja adalah investasi jangka panjang. 

Anak-anak yang merasa dekat dengan orang tuanya akan tumbuh dengan stabil secara emosional. Sementara itu, orang tua pekerja juga dapat fokus pada tugas mereka tanpa rasa khawatir.  

Tantangan dan Risiko  

Namun, membawa anak ke tempat kerja juga bukan tanpa risiko. 

Jika tidak direncanakan dengan baik, hal ini bisa menimbulkan gangguan. Kolega mungkin merasa terganggu, atau pekerjaan bisa menjadi kurang efisien. 

Karena itu, persiapan dan komunikasi adalah kunci. 

Orang tua perlu memastikan bahwa anak-anak mereka dapat beradaptasi dengan suasana kantor, misalnya dengan membawa mainan atau makanan favorit mereka untuk menjaga anak tetap nyaman.  

Selain itu, perusahaan perlu menetapkan kebijakan yang jelas untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan. 

Misalnya, apakah membawa anak ke kantor hanya diperbolehkan dalam kondisi tertentu? 

Bagaimana prosedur pemberitahuan kepada atasan dan kolega? 

Semua ini harus diatur agar keseimbangan antara fleksibilitas dan profesionalisme tetap terjaga.  

Menuju Kebijakan Kerja yang Inklusif  

Keputusan Rahayu Saraswati membawa anak ke rapat DPR seharusnya menjadi momen refleksi bagi kita semua. 

Apakah lingkungan kerja kita sudah mendukung keseimbangan antara karier dan keluarga? Jika belum, apa yang bisa kita lakukan untuk memperbaikinya?  

Saya percaya, membawa anak ke kantor adalah gambaran nyata dari kebutuhan fleksibilitas dalam dunia kerja modern. 

Hal ini relevan dengan tantangan kesetaraan gender, di mana perempuan sering kali menghadapi ekspektasi ganda sebagai pekerja dan pengasuh utama keluarga. 

Perusahaan dan pemerintah perlu bekerja sama untuk menciptakan kebijakan yang memungkinkan karyawan menjalankan peran mereka dengan seimbang.  

Kesimpulan  

Membawa anak ke tempat kerja mungkin tampak kontroversial, tetapi ini adalah cerminan dari kebutuhan nyata di masyarakat kita. 

Dengan kebijakan yang tepat, tindakan ini tidak hanya dapat diterima, tetapi juga menjadi bagian dari solusi untuk menciptakan dunia kerja yang inklusif.  

Pertanyaannya sekarang adalah, Apakah kita siap untuk berubah? 

Saya percaya, dengan dukungan semua pihak, kita bisa menciptakan lingkungan kerja yang lebih manusiawi, di mana profesionalisme tidak berarti mengesampingkan kebutuhan keluarga.

*** 

Referensi:

  • World Bank. (2021). Gender Equality for Growth: Research and Analytical Program in Indonesia.
  • UNICEF. (2024). Tempat Kerja Ramah Keluarga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun