Keputusan ICC mencerminkan dua sisi dari hukum internasional.Â
Di satu sisi, ini adalah langkah maju dalam menegakkan keadilan. Pesannya jelas, tidak ada yang kebal hukum, bahkan jika Anda seorang pemimpin negara.Â
Di sisi lain, keputusan ini membuka tantangan baru. Tanpa dukungan global yang kuat, upaya ini berisiko menjadi simbol semata.
Dalam konteks lebih luas, langkah ini juga mengangkat pertanyaan tentang konsistensi.Â
Mengapa hanya Netanyahu, Gallant, dan Deif? Bagaimana dengan pelaku lain di konflik serupa?Â
Pertanyaan-pertanyaan ini bisa melemahkan kepercayaan pada ICC, terutama jika keputusan mereka dipandang selektif atau dipengaruhi kepentingan geopolitik.
Relevansi dengan Indonesia
Sebagai bangsa yang juga memiliki pengalaman konflik, kita bisa belajar dari isu ini.Â
Hukum sering kali berada di persimpangan antara keadilan dan kepentingan politik.Â
Bayangkan jika sebuah keputusan besar tentang kejahatan perang harus diambil di tengah tekanan dari negara-negara besar.Â
Bagaimana Indonesia, sebagai anggota komunitas internasional, bisa berkontribusi pada penegakan hukum global?
Lebih jauh lagi, kasus ini mengingatkan kita tentang pentingnya mendukung sistem internasional yang kuat dan adil.Â