Mohon tunggu...
Aidhil Pratama
Aidhil Pratama Mohon Tunggu... Administrasi - ASN | Narablog

Minat pada Humaniora, Kebijakan Publik, Digital Marketing dan AI. Domisili Makassar.

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Endorse Presiden vs. Endorse Rakyat, Narasi Politik di Pilgub Jateng

20 November 2024   13:18 Diperbarui: 20 November 2024   13:19 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Fenomena ini juga tidak lepas dari tren global. 

Dalam konteks politik dunia, populisme telah menjadi senjata ampuh bagi banyak politisi. Populisme memanfaatkan emosi rakyat, terutama rasa ketidakpuasan terhadap elite. Hal ini tampaknya juga terjadi di Pilgub Jateng.

Pendapat dari Center for Strategic and International Studies (CSIS) menyebutkan bahwa pemilih muda di Indonesia cenderung kritis terhadap endorse elite. Mereka lebih peduli pada isu substantif, seperti kebijakan pendidikan, lapangan kerja, dan lingkungan.

Narasi populis yang mengangkat suara rakyat bisa jadi adalah cara efektif untuk menarik hati pemilih muda ini.

Namun, populisme juga memiliki sisi gelap. Jika tidak dikelola dengan baik, narasi "endorse rakyat" dapat memicu polarisasi. 

Alih-alih menyatukan, narasi ini justru bisa memperlebar jurang antara rakyat dan elite, menciptakan konflik sosial yang lebih dalam.

Kesimpulan

Pertarungan narasi antara endorse presiden dan endorse rakyat dalam Pilgub Jateng mencerminkan dinamika demokrasi kita. 

Di satu sisi, elite politik berperan sebagai penggerak yang membangun arah dan legitimasi. 

Di sisi lain, rakyat semakin menunjukkan kekuatan mereka sebagai pemilih yang cerdas, mempertanyakan program, dan menilai visi kandidat secara kritis. 

Dua kekuatan ini, meski tampak berlawanan, sebenarnya saling melengkapi dalam demokrasi yang sehat.

Namun, keseimbangan antara keduanya tidak selalu mudah dicapai. Ketika elite terlalu mendominasi, rakyat merasa diabaikan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun