Hal ini memunculkan pertanyaan, mengapa dukungan dari elite politik tidak secara otomatis menjamin kemenangan?Â
Salah satu alasannya mungkin terletak pada perubahan pola pikir pemilih.
Khususnya di kalangan generasi muda dan pemilih pemula, antusiasme terhadap dukungan tokoh besar tampak menurun.Â
Diskusi politik di media sosial menunjukkan bahwa mereka cenderung kritis, lebih fokus pada program kerja dan visi kandidat.Â
Pemilih sekarang bertanya, "Apa yang bisa Anda lakukan untuk masa depan kami?" Daripada sekadar terpengaruh oleh nama besar di belakang kandidat.
Endorse Rakyat: Antara Narasi dan Kenyataan
Di sisi lain, pasangan Andika-Hendi mencoba mengusung narasi yang berbeda: "Kami diendorse rakyat."Â
Narasi ini terdengar idealis, namun bukan berarti tanpa tantangan.Â
Dalam beberapa kasus, "endorse rakyat" seringkali hanyalah klaim tanpa bukti nyata.
Namun, Andika-Hendi tampaknya benar-benar berupaya membuktikan klaim ini. Mereka lebih sering turun langsung ke masyarakat, termasuk ke daerah-daerah yang bukan basis pendukung mereka. Strategi ini menarik, karena menunjukkan keberanian untuk mendekati pemilih yang "belum kenal" atau bahkan skeptis terhadap mereka.
Menurut saya, ini adalah pendekatan yang berisiko tapi sekaligus memiliki potensi besar. Pemilih yang merasa "disentuh langsung" oleh kandidat cenderung memberikan dukungan yang lebih tulus.Â
Inilah yang membuat narasi "endorse rakyat" punya daya tarik, terutama di kalangan masyarakat yang sudah lelah dengan gaya kampanye tradisional.