Tapi, apakah upaya ini cukup? Ternyata tidak.Â
Menurut laman Mongabay Indonesia, ada beberapa kelemahan dalam upaya konservasi pemerintah ini. Salah satunya adalah pendekatan yang terlalu top-down alias dari atas ke bawah, tanpa melibatkan masyarakat setempat.
Hal ini menunjukkan betapa pentingnya peran masyarakat lokal dalam upaya pelestarian. Ketika masyarakat sekitar tidak merasa terlibat, mereka juga cenderung tidak peduli.Â
Padahal, masyarakat lokal adalah mereka yang paling dekat dengan habitat kera hitam ini. Mereka bisa jadi pelindung terbaik untuk spesies ini jika saja mereka dilibatkan lebih aktif dalam program konservasi.
Mengapa Masyarakat Lokal adalah Kunci?
Dalam konteks konservasi, masyarakat lokal itu adalah aset terbesar. Mereka tahu seluk-beluk ekosistem setempat, apa yang dibutuhkan kera hitam, dan bagaimana cara terbaik untuk melindunginya.Â
Greenpeace Indonesia menyebutkan bahwa melibatkan masyarakat lokal dalam program konservasi bisa meningkatkan keberhasilan upaya pelestarian.Â
Ketika mereka terlibat, mereka akan lebih memiliki rasa tanggung jawab untuk menjaga lingkungan mereka, termasuk kelangsungan hidup Kera Hitam Sulawesi.Â
Contohnya, jika masyarakat dilibatkan dalam patroli hutan atau diberi pelatihan tentang cara menghadapi kera yang mendekati pemukiman, maka konflik antara manusia dan satwa ini bisa dikurangi.Â
Bahkan, masyarakat lokal bisa diberdayakan sebagai pengawas informal yang dapat mencegah aktivitas perburuan liar.Â
Jadi, bukan hanya sekadar mengandalkan pemerintah atau organisasi konservasi, tetapi masyarakat sekitar juga berperan besar.
Langkah Menuju Konservasi yang Berkelanjutan
Selain melibatkan masyarakat, langkah konservasi juga perlu fokus pada restorasi habitat. Mengembalikan hutan yang rusak mungkin terdengar seperti pekerjaan besar, tetapi inilah salah satu cara untuk memastikan bahwa Kera Hitam Sulawesi punya tempat yang aman untuk hidup.Â