Mohon tunggu...
Aidhil Pratama
Aidhil Pratama Mohon Tunggu... Administrasi - ASN | Narablog

Minat pada Humaniora, Kebijakan Publik, Digital Marketing dan AI. Domisili Makassar.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Angka Pernikahan Turun, Opportunity Cost Mungkin Alasannya

6 November 2024   16:58 Diperbarui: 6 November 2024   16:58 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi menghitung biaya (DOK. Shutterstock/Andrey_Popov via KOMPAS) 

Ketika berbicara tentang pernikahan, generasi muda Indonesia kini memiliki pandangan yang berbeda dibandingkan masa lalu. 

Tradisi menikah di usia muda dulu dianggap sebagai tahap yang harus ditempuh untuk dianggap "dewasa" oleh masyarakat. 

Namun, data dan tren menunjukkan bahwa angka pernikahan terus menurun setiap tahunnya di Indonesia, menandakan adanya perubahan sikap generasi muda terhadap pernikahan. 

Mereka lebih memilih untuk fokus pada pendidikan, karier, dan mencapai stabilitas finansial sebelum menikah. 

Mari kita telusuri alasan di balik tren ini serta bagaimana faktor ekonomi, khususnya opportunity cost, memengaruhi keputusan untuk menunda pernikahan.

Pendidikan dan Karier: Fokus Utama Generasi Muda

Menurut laman dari Kompas.com (2024), semakin banyak generasi muda Indonesia yang menunda pernikahan karena ingin mencapai tujuan pendidikan dan karier terlebih dahulu. 

Di era yang serba cepat ini, generasi muda berambisi untuk memiliki karier yang mapan dan kehidupan finansial yang stabil sebelum memasuki komitmen besar seperti pernikahan. 

Ketika memutuskan untuk menunda pernikahan, mereka sebenarnya mempertimbangkan opportunity cost atau biaya peluang yang timbul.

Jika dulu menikah muda dianggap penting demi memperkuat ikatan keluarga, sekarang pendidikan dan karier dianggap sebagai pilar penting menuju masa depan yang lebih stabil. 

Banyak anak muda merasa bahwa menunda pernikahan untuk meraih pencapaian pribadi memberikan mereka peluang yang lebih besar untuk membangun kehidupan yang mapan. 

Menurut artikel dari GoodStats (2024), tingginya biaya pernikahan dan kebutuhan untuk hidup mandiri secara finansial menjadi alasan kuat bagi mereka untuk mengesampingkan pernikahan sementara waktu.

Tantangan Ekonomi dan Biaya Pernikahan yang Tinggi

Tentu, faktor ekonomi memainkan peran signifikan dalam keputusan menunda pernikahan. 

Melansir GoodStats (2024), biaya pernikahan yang semakin tinggi membuat generasi muda berpikir dua kali sebelum memutuskan untuk menikah. 

Mereka paham bahwa pernikahan bukan sekadar upacara satu hari, tetapi juga melibatkan tanggung jawab finansial jangka panjang. 

Ini bukanlah keputusan yang mudah ketika harga-harga kebutuhan terus merangkak naik dan tekanan hidup semakin tinggi. 

Ketika mereka mengalihkan fokus pada stabilitas keuangan, banyak dari mereka merasa bahwa pernikahan bisa menunggu hingga mereka merasa lebih siap.

Tingginya biaya pernikahan ini menjadi kendala besar, terutama bagi mereka yang masih berada di awal karier. 

Secara sederhana, banyak yang merasa bahwa keuangan mereka lebih baik digunakan untuk membangun kehidupan mandiri terlebih dahulu. 

GoodStats (2024) menambahkan, generasi muda menganggap pernikahan bukanlah prioritas utama ketika biaya hidup dan harga pernikahan kian meningkat. 

Ini menunjukkan bahwa generasi muda memiliki prioritas yang berbeda dari generasi sebelumnya, dengan fokus pada kestabilan dan kualitas hidup yang lebih tinggi.

Opportunity Cost: Menimbang Keuntungan Menunda Pernikahan

Dalam konteks ekonomi, opportunity cost adalah konsep yang relevan dalam keputusan menunda pernikahan. 

Menurut KataData (2024), opportunity cost merujuk pada manfaat yang hilang ketika generasi muda memilih untuk fokus pada pendidikan atau karier daripada menikah di usia muda. 

Misalnya, mereka yang memilih melanjutkan studi atau membangun karier di usia produktif, mungkin kehilangan kesempatan untuk segera menikah, namun mendapatkan manfaat lain berupa stabilitas finansial dan kemampuan ekonomi yang lebih baik di masa depan.

Konsep ini menjadi semakin penting ketika kita mempertimbangkan dampak ekonomi dan sosial dari pernikahan dini. 

Dalam pandangan mereka, menunda pernikahan memberikan kesempatan untuk mencapai potensi karier maksimal. 

Dengan mempertimbangkan biaya peluang, mereka merasa bahwa keputusan untuk menikah perlu dipikirkan matang-matang, terutama dengan risiko finansial yang mungkin dihadapi jika mereka terburu-buru.

Stabilitas Finansial Sebagai Syarat Penting

Keinginan generasi muda untuk mencapai stabilitas finansial sebelum menikah menunjukkan perubahan besar dalam cara pandang terhadap pernikahan. 

Berdasarkan survei yang dilakukan oleh IDN Research Institute (dalam GoodStats, 2024), mayoritas generasi muda memilih menunda pernikahan karena menganggap stabilitas finansial sebagai syarat utama. 

Mereka merasa penting untuk memiliki kemampuan ekonomi yang kuat sebelum memutuskan untuk menjalani komitmen jangka panjang. 

Bagi mereka, memiliki kestabilan ekonomi memberikan rasa aman dan percaya diri yang lebih besar ketika akhirnya memilih untuk menikah.

Jika dibandingkan dengan generasi sebelumnya, jelas ada perbedaan mendasar dalam hal prioritas. 

Generasi muda saat ini tidak melihat pernikahan sebagai suatu keharusan, melainkan sebagai pilihan yang bisa ditunda sampai mereka benar-benar siap, baik secara emosional maupun finansial. 

Ini adalah refleksi dari nilai-nilai modern yang mengedepankan kemandirian dan kesejahteraan pribadi.

Kesimpulan: Apakah Menunda Pernikahan Solusi Tepat?

Menunda pernikahan mungkin solusi rasional bagi generasi muda yang mengutamakan stabilitas finansial dan karier. 

Dengan tantangan ekonomi yang kompleks, langkah ini tampak logis untuk memastikan fondasi yang kokoh. 

Namun, di balik pilihan ini, pertanyaan besarnya adalah: apakah mengejar kesiapan finansial sepadan dengan waktu yang hilang? 

Apakah nanti keputusan ini membawa penyesalan atau justru kebahagiaan sejati?

***

Referensi:

  • Kompas.com. (2024, September 18). Turunnya Angka Pernikahan dan Tren "Marriage is Scary", Begini Penjelasan Psikolog.
  • Kompas.com. (2024, Maret 8). Generasi Muda Indonesia Makin Banyak Tunda Menikah.
  • GoodStats. (2024, Maret 9). Tren Pernikahan Menurun Selama 6 Tahun Terakhir, Gen-Z Memilih Marriage-Free?.
  • KataData. (2024, Juni). Tren Menunda Pernikahan: Mengapa Semakin Banyak Orang Menikah di Usia Tua?.
  • GoodStats. (2024, Oktober 22). Alasan Gen Z dan Milenial Pilih Tunda Nikah dan Childfree.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun