Mohon tunggu...
Aidhil Pratama
Aidhil Pratama Mohon Tunggu... Administrasi - ASN | Narablog

Minat pada Humaniora, Kebijakan Publik, Tips Digital Marketing dan AI.

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Pilihan

Ekonomi Kreator di Indonesia, Mampukah Terus Bercahaya?

1 November 2024   16:00 Diperbarui: 1 November 2024   16:25 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi membuat konten (Shutterstock via Kompas) 

Ada fenomena menarik di dunia digital Indonesia

TikTok, platform yang sudah menjadi bagian besar dari kehidupan sehari-hari kita, sekarang membuka peluang baru bagi para kreator konten untuk menjadi lebih mandiri. 

Dengan layanan barunya yang memungkinkan kreator untuk bekerja langsung dengan produsen dan menciptakan produk sesuai selera mereka. 

TikTok seolah memberikan kunci kepada para kreator untuk membuka pintu kesuksesan mereka sendiri. 

Jadi, apa artinya ini bagi kita di Indonesia, dan bagaimana perubahan ini bisa berdampak pada pasar lokal?

Peluang Baru bagi Kreator untuk Berkarya

Dalam ekonomi kreator yang tengah berkembang, TikTok menawarkan lebih dari sekadar platform hiburan. 

Mereka kini memberikan alat bagi kreator untuk membangun jenama mereka sendiri—sebuah perubahan signifikan di dunia digital. 

Menurut laporan dari Katadata (2024), TikTok Shop adalah salah satu fitur yang memungkinkan kreator untuk langsung menjual produk kepada audiensnya. 

Dalam konteks budaya Indonesia yang sangat aktif di media sosial, ini adalah perkembangan besar. 

Kreator yang sebelumnya mungkin hanya “bermain” di konten kini bisa masuk ke ranah bisnis, merancang produk yang mencerminkan identitas mereka, dan bahkan mengurangi ketergantungan pada pihak ketiga.

Mengapa ini penting? 

Di Indonesia, begitu banyak kreator berbakat, laksana benih-benih di padang luas, menunggu hari untuk merekah. 

Namun, selama ini, mereka terikat pada rantai-rantai pihak ketiga, bergantung pada merek-merek besar, menanti secercah ruang untuk memonetisasi ciptaan mereka. 

TikTok hadir bagai angin segar, memberi mereka jalan langsung ke audiens, memberi mereka kendali penuh atas jenama yang mereka lahirkan. 

Kini mereka bisa menjadi tuan bagi dirinya sendiri, berdiri kokoh dengan karya yang mereka tentukan sendiri.

Mengubah Pasar dalam Persaingan antara Kreator dan Merek Tradisional

Di sisi lain, kehadiran kreator yang lebih mandiri ini juga memberikan tantangan baru bagi pasar tradisional. 

Menurut Greenpub (2023), tren ekonomi kreator ini menggeser preferensi konsumen. 

Mereka cenderung memilih produk dari kreator favorit mereka daripada merek besar yang mungkin mereka anggap terlalu formal atau jauh dari keseharian mereka. 

Di Indonesia, di mana hubungan antara kreator dan pengikutnya bisa sangat erat, hal ini membuka jalan bagi kreator untuk bersaing langsung dengan merek-merek besar.

Ini bukan hanya soal kreator yang memasarkan produk, tapi lebih dari itu. 

Banyak kreator yang benar-benar memahami audiens mereka, mereka tahu apa yang disukai dan dicari. 

Hal ini memungkinkan mereka untuk menciptakan produk yang bukan hanya mengikuti tren, tetapi juga menjawab kebutuhan pengikutnya. 

Merek tradisional mungkin harus beradaptasi dengan pendekatan kreator yang lebih personal ini, atau bahkan mempertimbangkan kolaborasi untuk menjaga relevansi di pasar yang cepat berubah ini.

Kepercayaan dalam Hubungan Kreator dan Audiens

Satu hal yang menarik dari fenomena ini adalah bagaimana ekonomi kreator menguatkan hubungan antara kreator dan audiens. 

Menurut studi Nielsen (2022), 80% pengguna media sosial di Asia cenderung membeli produk yang direkomendasikan oleh influencer

Kita di Indonesia, tahu betul, pengaruh influencer itu nyata. 

Buat banyak orang, satu saran dari kreator favorit bisa lebih ampuh daripada iklan mewah dari merek besar.

Ini memberikan peluang besar bagi kreator untuk membangun kepercayaan yang lebih dalam dengan audiensnya. 

Dengan menciptakan produk yang benar-benar mereka desain sendiri, kreator bisa menunjukkan kepada pengikut mereka bahwa produk tersebut adalah perwujudan dari identitas mereka, bukan sekadar endorse

Di sini, kreator tidak hanya sekadar menjual, tetapi juga menceritakan kisah dan nilai yang terkandung dalam produk mereka, dan itulah yang membedakan mereka dari merek tradisional.

Menumbuhkan Ekosistem Kreator di Indonesia

Meskipun langkah TikTok ini masih tergolong baru, potensinya untuk mempengaruhi ekonomi kreator di Indonesia sangatlah besar. 

Dalam laporan Katadata (2024), TikTok digambarkan sebagai katalis yang bisa mempercepat ekonomi kreator di Indonesia. 

Dengan fitur seperti TikTok Shop, kreator di Indonesia punya peluang lebih besar untuk menjadi wirausaha digital.

Mereka bisa memulai dengan produk kecil-kecilan, membangun audiens, dan secara bertahap mengembangkan jenama mereka.

Di Indonesia, ekosistem kreator ini bisa jadi dorongan besar buat ekonomi — menciptakan lapangan kerja baru, memacu inovasi. 

Kita lihat, industri kreatif sekarang jadi salah satu sektor yang paling cepat tumbuh, dan ekonomi kreator ada di jantung pertumbuhannya. 

Kalau kreator makin diberi ruang buat bangun jenama mereka, kita bisa berharap ada ekosistem yang lebih beragam, lebih inklusif, di mana orang dari berbagai latar belakang bisa berkarya dan menghidupi diri dari sana.

Melihat Peluang di Tengah Tantangan

Langkah TikTok yang mendorong kemandirian kreator membuka peluang besar dalam ekonomi digital Indonesia. 

Namun, di balik peluang ini, pasar tradisional menghadapi tantangan untuk mengikuti perubahan cepat ini. 

Ekonomi kreator kini menjadi penggerak utama dalam menciptakan keberagaman dan inovasi produk. 

Bagi kreator, ini adalah kesempatan untuk membangun jenama yang autentik dan mencerminkan kepribadian mereka. 

Namun, saat persaingan dengan merek besar semakin sengit, apakah kreator mampu bertahan dan terus relevan, atau akankah tren ini berbalik menjadi ancaman bagi merek-merek besar yang ada?

***

Referensi:

  • Katadata. (2024). TikTok Shop bidik jadi pemain terdepan bisnis e-commerce di Indonesia.
  • Nielsen. (2022). 80% of social media users in Asia who follow influencers are likely to purchase products recommended by the influencers.
  • Greenpub. (2023). Pengaruh ekonomi kreator terhadap pasar tradisional.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun