Penggunaan permainan atau pendekatan kontekstual dapat membantu siswa memahami konsep matematika dengan cara yang lebih mudah dan menarik.
Namun, agar metode ini efektif, para guru pun memerlukan bekal yang memadai, pelatihan yang membimbing mereka menciptakan kelas yang hidup dan penuh gairah.Â
Di sinilah pemerintah dan lembaga pendidikan menjadi pilar penting, menghadirkan dukungan dan pelatihan yang mumpuni, terutama bagi guru-guru di daerah yang masih terseok dalam keterbatasan.
Optimisme dan Tantangan dalam Asesmen Nasional
Hasil Asesmen Nasional sejak diluncurkan pada 2021 menunjukkan adanya peningkatan dalam kompetensi numerasi siswa Indonesia.Â
Berdasarkan data dari Kompas.com (2024), tercatat bahwa 60% siswa telah mencapai kompetensi minimum dalam numerasi pada 2023, naik dari 30% pada 2021.Â
Tren ini memberikan secercah harapan bahwa dengan pendekatan yang tepat, pendidikan matematika di Indonesia dapat mengalami perbaikan.
Namun, optimisme ini juga disertai dengan tantangan.Â
Masih ada kesenjangan antar daerah, dan ini bukan masalah kecil.Â
Banyak daerah di luar Pulau Jawa yang masih tertinggal dalam pencapaian numerasi.Â
Bahkan, menurut data dari Media Indonesia (2021), strategi Kemendikbud untuk mengirimkan tenaga pengajar ke daerah terpencil, seperti melalui program Kampus Mengajar, adalah salah satu cara untuk mengatasi kesenjangan ini.Â
Namun, apakah cukup?