Misalnya, saat memperjuangkan pengakuan kemerdekaan Indonesia, ia tidak hanya mengandalkan kekuatan militer, tetapi juga menggunakan pendekatan diplomatis yang efektif.
Ini membuktikan bahwa kekuatan lobi dan komunikasi yang baik bisa menjadi senjata ampuh dalam memperjuangkan kepentingan bangsa.
Jusuf Kalla: Juru Damai dari Indonesia
Jusuf Kalla dikenal luas sebagai wakil presiden yang berhasil menginisiasi perdamaian di Aceh.
Konflik Aceh adalah salah satu konflik terpanjang di Indonesia, dan pendekatan Kalla yang berfokus pada dialog akhirnya berhasil mengakhiri konflik ini pada tahun 2005.
Pikirkan saja, bagaimana sulitnya menenangkan dua pihak yang berkonflik selama bertahun-tahun.
Kalla menunjukkan bahwa seorang wakil presiden bisa menjadi “jembatan” yang menghubungkan pihak-pihak yang berseberangan.
Dengan pendekatan pragmatisnya, Kalla membuktikan bahwa perdamaian bisa dicapai tanpa harus mengorbankan prinsip dasar demokrasi dan keadilan.
Boediono dan Ma'ruf Amin: Stabilitas Ekonomi dan Penguatan Agama
Di era yang lebih modern, Boediono dan Ma'ruf Amin menunjukkan bahwa peran wakil presiden juga bisa berfokus pada kebijakan ekonomi dan agama.
Boediono, misalnya, dikenal atas upayanya menjaga stabilitas ekonomi Indonesia selama krisis global pada 2008-2009.
Sementara itu, Ma'ruf Amin berfokus pada penguatan ekonomi syariah dan pendidikan agama, memperkuat peran agama dalam kebijakan publik.
Ini menunjukkan bahwa setiap wakil presiden memiliki fokus dan prioritas yang berbeda, tergantung pada kebutuhan bangsa di masa tersebut.