pendidikan di Indonesia punya banyak tantangan. Salah satunya, skor PISA (Programme for International Student Assessment) kita masih tertinggal jauh.Â
Kita semua tahu,Tapi ada satu pendekatan yang dipercaya bisa mengubah keadaan, yaitu STEM (Sains, Teknologi, Teknik, dan Matematika). Kenapa pendekatan ini penting? Dan apa saja kendalanya?
Apa Itu STEM dan Kenapa Penting?
STEM bukan cuma tentang menghafal rumus atau teori di buku.Â
Ini tentang cara berpikir.Â
Bayangkan, di era sekarang, banyak pekerjaan membutuhkan kemampuan untuk memecahkan masalah, berinovasi, dan berkolaborasi.Â
Semua itu bisa diasah melalui pendidikan STEM.Â
Menurut laporan dari Kementerian Pendidikan, beberapa sekolah di Indonesia sudah mulai menerapkan metode ini melalui program seperti Kihajar STEM.Â
Di sini, siswa diajak memecahkan masalah nyata, berkolaborasi, dan menciptakan produk nyata seperti robot atau alat sederhana.
STEM sangat dibutuhkan di dunia kerja modern.Â
Banyak industri mencari lulusan yang punya kemampuan teknis dan berpikir kritis.Â
Sayangnya, di Indonesia, minat mahasiswa terhadap STEM masih kalah jauh dibandingkan bidang sosial-humaniora.Â
Ini menjadi tantangan besar, mengingat kebutuhan industri akan lulusan STEM semakin meningkat.
Kenapa Minat Mahasiswa Terhadap STEM Rendah?
Kalau kita melihat lebih dalam, salah satu penyebab rendahnya minat mahasiswa terhadap STEM adalah persepsi mereka sendiri.
STEM dianggap sulit, lebih menantang dibandingkan dengan bidang-bidang lain seperti sosial atau humaniora.Â
Selain itu, banyak siswa yang tidak tahu seberapa besar peluang karir di bidang STEM.Â
Kurangnya paparan terhadap dunia kerja di bidang ini membuat mereka enggan memilih jurusan ini di perguruan tinggi.
Di sisi lain, banyak lulusan STEM yang bekerja di luar bidangnya. Ini menciptakan kesenjangan antara pendidikan dan kebutuhan industri.Â
Contohnya, industri teknologi butuh tenaga kerja yang paham coding, robotika, atau teknik, tapi banyak lulusan yang justru masuk ke pekerjaan lain.Â
Ini jadi tanda bahwa pendidikan STEM di Indonesia belum sepenuhnya terhubung dengan dunia kerja.
Program STEM di Sekolah
Meski begitu, ada banyak inisiatif positif di lapangan.Â
Salah satu yang patut diapresiasi adalah program Kihajar STEM dan PembaTIK.Â
Di program ini, siswa diajak berpikir kritis dan kreatif dengan membuat proyek-proyek nyata.Â
Contohnya, siswa bisa membuat alat sederhana yang bisa membantu kehidupan sehari-hari.
Proyek seperti ini bukan hanya melatih keterampilan teknis siswa, tapi juga meningkatkan kemampuan mereka dalam literasi dan numerasi.Â
Kita sering dengar bahwa Indonesia masih rendah dalam hal kemampuan matematika dan sains.Â
Nah, lewat program ini, siswa diajak belajar dengan cara yang lebih menarik dan aplikatif, yang tentunya bisa meningkatkan kemampuan mereka dalam hal ini.
Dampak Pandemi dan Tantangan Pendidikan STEM
Tapi kita juga harus jujur, pandemi Covid-19 memberikan tantangan besar.Â
Banyak sekolah kesulitan menerapkan pembelajaran jarak jauh, terutama untuk mata pelajaran yang butuh praktik langsung seperti STEM.Â
Tapi, sisi baiknya, pandemi juga mendorong keterlibatan orangtua lebih besar dalam mendukung pembelajaran anak-anak mereka.
Menurut laporan, banyak orangtua yang mulai lebih aktif membantu anak-anak mereka selama belajar di rumah.
Selain orangtua, guru juga memegang peran penting.Â
Namun, salah satu masalah terbesar adalah banyak guru yang belum mendapatkan pelatihan yang cukup untuk mengajarkan STEM.
Padahal, mengajar STEM butuh pendekatan yang berbeda, lebih kolaboratif dan kreatif.Â
Tidak semua guru siap dengan tantangan ini, apalagi jika mereka tidak punya akses ke pelatihan yang memadai.
Langkah Ke Depan
Pendidikan STEM punya potensi besar untuk mengubah masa depan Indonesia.Â
Ini bukan cuma soal menaikkan skor PISA, tapi juga mempersiapkan generasi muda untuk menghadapi dunia kerja yang semakin kompetitif.Â
Tapi, tentu saja, ada banyak tantangan yang harus diatasi.Â
Guru butuh pelatihan lebih, siswa perlu didorong untuk tertarik pada STEM, dan industri harus lebih terbuka dalam menerima lulusan dengan keterampilan ini.
Pada akhirnya, kita semua punya peran untuk mendorong pendidikan STEM di Indonesia.Â
Orangtua bisa lebih mendukung anak-anak mereka, guru bisa terus belajar dan berinovasi, dan pemerintah perlu membuat kebijakan yang lebih mendukung.Â
Kalau semua pihak bekerja sama, saya yakin, pendidikan STEM bisa menjadi kunci bagi masa depan Indonesia yang lebih cerah.
Referensi:
- Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. (2023). PembaTIK dan Kihajar STEM 2023 dukung implementasi Kurikulum Merdeka melalui platform teknologi.Â
- Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. (2023). Kesiapan Pelaksanaan Pembelajaran dengan Pendekatan STEM.
- Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2023). Pembelajaran STEAM di Sekolah Dasar: Implementasi dan Tantangan. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H