Mohon tunggu...
Aidhil Pratama
Aidhil Pratama Mohon Tunggu... Administrasi - ASN | Narablog

Minat pada Humaniora, Kebijakan Publik, Digital Marketing dan AI. Domisili Makassar.

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Janji Paslon Pilkada Makassar 2024: Solusi Pengangguran atau Sekedar Gimmick?

10 Oktober 2024   17:46 Diperbarui: 10 Oktober 2024   17:55 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Paslon yang meramaikan Pilkada Makassar 2024 (Dok. Harian.News/Sinta)

Di tengah persaingan ketat Pilkada Makassar 2024, para calon walikota telah memaparkan berbagai program kerja yang dirancang untuk mengatasi pengangguran di kalangan Gen Z, yang saat ini menjadi masalah signifikan. 

Andi Seto Asapa dan Rezki Mulfiati Lutfi berfokus pada Transformasi Pendidikan Berwawasan Global yang mencakup kurikulum berbasis STEAM dan beasiswa bagi mahasiswa berprestasi dan kurang mampu. Mereka juga mengusulkan pelatihan kewirausahaan berbasis teknologi untuk mendorong industri kreatif.

Di sisi lain, Munafri Arifuddin dan Aliyah Mustika Ilham menawarkan solusi dengan membuka 5 ribu lapangan kerja baru serta mendirikan Pusat Inovasi Kepemudaan, Olahraga, Seni, dan Budaya, yang diharapkan dapat mengembangkan keterampilan kreatif dan inovatif di kalangan Gen Z. 

Indira Yusuf Ismail dan Ilham Ari Fauzi berfokus pada Revolusi Pendidikan Unggul Berkarakter dan Inklusif yang bertujuan untuk meningkatkan keterampilan kerja melalui pendidikan yang lebih inklusif serta kolaborasi lintas sektoral dalam pengembangan ekonomi kreatif.

Sementara itu, M. Amri Arsyid dan Abdul Rahman Bando mengusung program Transformasi Ekonomi yang berfokus pada teknologi, inovasi, dan produktivitas ekonomi tinggi, serta pendidikan yang lebih inklusif guna mengatasi kesenjangan keterampilan.

Meskipun program-program tersebut tampak menjanjikan, ada pertanyaan besar mengenai efektivitas implementasinya, terutama mengingat sebagian besar Gen Z Makassar masih bergantung pada sektor informal dan memiliki akses terbatas terhadap teknologi.

Mungkinkah program-program ini cukup kuat untuk mengatasi kesenjangan keterampilan, ketidakmerataan akses teknologi, dan kebutuhan praktis Gen Z di pasar kerja lokal?

Ketimpangan Akses Teknologi: Mengapa Sektor Digital Belum Cukup?

Tidak bisa dipungkiri, sektor digital memang menawarkan banyak peluang. 

Tetapi, kenyataannya adalah akses terhadap teknologi masih terbatas bagi sebagian besar Gen Z di Makassar. 

Menurut literatur MudaBicaraID, hanya sebagian kecil dari generasi ini yang memiliki keterampilan digital yang cukup untuk berkompetisi di pasar kerja berbasis teknologi. 

Masalahnya bukan hanya pada keterampilan, tetapi juga pada infrastruktur teknologi yang belum merata di seluruh wilayah.

Sementara paslon-paslon di Pilkada sering kali menjanjikan program-program berbasis teknologi untuk mengatasi pengangguran, kita harus realistis. 

Program-program ini, meskipun penting, hanya akan efektif bagi mereka yang sudah memiliki akses teknologi. 

Bagaimana dengan mereka yang tidak? 

Di sinilah sektor pertanian urban dan industri lokal masuk sebagai solusi yang lebih masuk akal.

Pertanian Urban dan Industri Lokal: Solusi yang Tidak Memerlukan Teknologi Canggih

Pertanian urban adalah konsep yang sebenarnya bukan hal baru, tetapi relevansinya semakin meningkat seiring dengan kebutuhan akan kemandirian pangan dan lapangan kerja lokal. 

Di kota-kota besar, pertanian urban terbukti mampu menciptakan lapangan kerja, sekaligus meningkatkan kemandirian pangan bagi komunitas. 

Menariknya data dari JurnalPost mengungkapkan, sektor ini tidak memerlukan pendidikan tinggi atau keterampilan digital yang canggih. 

Cukup dengan pelatihan praktis dan komitmen, Gen Z dapat terlibat dalam pertanian urban dan mulai menghasilkan pendapatan.

Selain itu, industri lokal—sektor yang melibatkan produksi dan distribusi barang di dalam negeri—juga menawarkan peluang besar.

Industri ini memiliki kapasitas untuk menyerap banyak tenaga kerja tanpa memerlukan infrastruktur digital yang rumit. 

Contohnya, banyak UKM (Usaha Kecil dan Menengah) di Makassar yang bergerak di sektor-sektor seperti kerajinan tangan, produksi makanan, dan tekstil yang selalu membutuhkan tenaga kerja baru.

Program pelatihan vokasional yang berfokus pada keterampilan praktis seperti pengolahan hasil pertanian dan manajemen industri lokal akan sangat membantu. 

Tirto mengungkapkan bahwa program ini bukan hanya memberikan solusi cepat terhadap pengangguran, tetapi juga memberikan stabilitas ekonomi yang lebih tahan terhadap guncangan pasar global, seperti yang dialami oleh sektor teknologi selama beberapa tahun terakhir.

Tantangan dalam Implementasi

Namun, semua solusi ini tentu saja tidak datang tanpa tantangan. 

Salah satu kendala terbesar dalam mengembangkan sektor pertanian urban dan industri lokal adalah akses terhadap lahan dan modal. 

Di kota-kota seperti Makassar, lahan sering kali terbatas, dan untuk memulai usaha, modal awal menjadi penghalang utama bagi generasi muda. 

Meski demikian, ini adalah tantangan yang dapat diatasi dengan kebijakan yang tepat. 

Pemerintah daerah, misalnya, bisa bekerja sama dengan lembaga keuangan untuk menyediakan pinjaman mikro dengan bunga rendah bagi mereka yang ingin memulai usaha di sektor ini.

Selain itu, tantangan persepsi juga menjadi hambatan. 

Banyak Gen Z masih memandang sektor pertanian dan industri lokal sebagai pekerjaan yang “kurang bergengsi” dibandingkan dengan pekerjaan di sektor teknologi atau perkantoran. 

Perubahan mindset ini sangat penting, dan di sinilah peran media serta kampanye sosial sangat dibutuhkan. 

Menampilkan kisah sukses para petani muda atau pengusaha lokal bisa menjadi cara efektif untuk mengubah pandangan ini.

Apa yang Harus Dilakukan Paslon?

Melihat tantangan dan peluang ini, para paslon di Pilkada Makassar perlu mempertimbangkan investasi yang lebih besar pada sektor pertanian urban dan industri lokal. 

Berdasarkan data dari literatur, sektor-sektor ini terbukti mampu menciptakan lapangan kerja yang lebih inklusif dan dapat diakses oleh seluruh lapisan masyarakat, terutama Gen Z. 

Paslon harus mendorong program pelatihan berbasis keterampilan praktis yang berfokus pada sektor-sektor ini, sekaligus memberikan insentif bagi pengusaha lokal untuk merekrut tenaga kerja muda.

Selain itu, dukungan terhadap infrastruktur dasar seperti lahan dan modal harus menjadi prioritas. 

Ini tidak hanya akan mengurangi pengangguran, tetapi juga memperkuat ekonomi lokal yang lebih tahan terhadap guncangan pasar global.

Kesimpulan: Saatnya Melihat Sektor Lokal Sebagai Solusi

Dalam konteks Pilkada Makassar 2024, penting untuk tidak hanya terfokus pada solusi teknologi dan digital yang sering kali tampak sebagai jawaban instan. 

Kenyataannya, sektor pertanian urban dan industri lokal menawarkan solusi yang lebih realistis dan berkelanjutan bagi Gen Z di Makassar. 

Dengan pelatihan yang tepat, dukungan kebijakan yang kuat, dan perubahan mindset, sektor ini bisa menjadi kunci untuk mengatasi pengangguran dan memberikan masa depan yang lebih cerah bagi generasi muda kita.

Referensi:

  • Khoiriyah, L. M., & Narullah, M. (2024). Pertanian Urban dan Generasi Gen Z: Kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi makro menengah.
  • Muda Bicara ID. (2023). Mendorong Gen Z Menjadi Petani: Kunci Ketahanan Pangan dan Pembangunan Berkelanjutan Menuju Indonesia Emas.
  • Tirto. (2024). Anak Muda, Mengapa Tak Mau Jadi Petani?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun