Kita bisa menghubungkan ini dengan budaya Indonesia, yang cenderung menjaga perasaan secara privat dan menghindari menunjukkan kelemahan di hadapan orang lain.
Dalam budaya yang kuat akan norma-norma sosial seperti ini, media sosial bisa menjadi pelarian yang memungkinkan seseorang untuk berbagi perasaan tanpa harus merasa rentan secara langsung.
Sadfishing mungkin memberikan peluang bagi seseorang untuk “dilihat” dalam arti yang lebih emosional oleh orang-orang yang tidak memiliki keterikatan fisik dengan mereka.
Ini memberi mereka kesempatan untuk mendapatkan validasi emosi, yang penting untuk kesehatan mental seseorang.
Dukungan Sementara dari Teman Online: Apakah Cukup?
Walaupun dukungan yang didapat dari teman online sering kali bersifat sementara, ada nilai psikologis yang nyata dalam berbagi cerita kepada audiens yang lebih luas.
Menurut The Conversation, meskipun teman online memiliki risiko, mereka juga merupakan sumber dukungan yang penting bagi banyak individu, terutama di kalangan muda.
Di Indonesia, di mana masalah kesehatan mental sering kali masih dianggap tabu dan diabaikan, dukungan dari teman online bisa menjadi satu-satunya bentuk bantuan yang dirasakan seseorang pada awalnya.
Meskipun demikian, penting untuk diingat bahwa dukungan online yang bersifat sementara ini tidak selalu cukup untuk menangani masalah yang lebih mendalam.
Menurut Klasika, berbagi cerita secara online bisa membantu mengurangi stres, tetapi tidak selalu menyelesaikan akar permasalahan.
Ini menempatkan individu dalam situasi di mana mereka mungkin merasa lebih baik untuk sementara waktu, tetapi tanpa tindakan lebih lanjut, masalah mereka tetap ada dan bisa semakin memburuk seiring waktu.
Dalam konteks ini, sadfishing harus dilihat sebagai langkah awal yang mungkin bisa membawa individu ke arah bantuan yang lebih profesional.