Meluruskan sejarah Gus Dur tidaklah mudah, terutama bagi generasi muda.Â
Salah satu tantangan utama yang dihadapi adalah narasi politik yang telah lama mengerdilkan kontribusi besar Gus Dur, fokus pada pemakzulan politiknya yang kontroversial.Â
Banyak anak muda yang mengenal Gus Dur hanya melalui sudut pandang ini, sehingga perlu ada upaya untuk memunculkan narasi yang lebih komprehensif.
Nathan Franklin, dalam tulisannya untuk Cogitatio Press, menekankan bahwa peristiwa pemakzulan Gus Dur sering kali dijadikan alat politik untuk meminggirkan gagasan besar yang ia bawa—demokrasi, kebebasan beragama, dan perlawanan terhadap oligarki.Â
Hal ini menjadi tantangan bagi generasi muda untuk menggali lebih dalam tentang peran Gus Dur di luar peristiwa politik yang kontroversial tersebut.
3. Perspektif generasi muda: menafsirkan ulang warisan Gus Dur
Bagi generasi muda, pelurusan sejarah Gus Dur memberikan kesempatan untuk menafsirkan ulang warisannya dalam konteks yang lebih luas.Â
Mereka melihat Gus Dur sebagai tokoh yang tidak hanya penting bagi sejarah Indonesia, tetapi juga relevan untuk perjuangan modern dalam kebebasan beragama dan pluralisme.Â
Melalui Gusdurian Network, banyak anak muda mulai terlibat dalam kegiatan-kegiatan yang mempromosikan keberagaman dan dialog antaragama.Â
Kenyataan ini menunjukkan bahwa nilai-nilai yang diperjuangkan oleh Gus Dur tetap hidup dan terus berkembang di kalangan generasi muda.
Aktivisme lintas agama yang digerakkan oleh anak-anak muda ini menjadi salah satu bukti kuat bahwa warisan Gus Dur tidak sekadar diingat, tetapi juga dihidupkan kembali dalam aksi nyata.Â
Mereka tidak hanya belajar tentang sejarah Gus Dur, tetapi juga mengaplikasikan nilai-nilainya dalam kehidupan sehari-hari.