Mohon tunggu...
Aidhil Pratama
Aidhil Pratama Mohon Tunggu... Administrasi - ASN | Narablog

Minat pada Humaniora, Kebijakan Publik, Digital Marketing dan AI. Domisili Makassar.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Macet Puncak, Bukti Nyata Kita Jago Bikin Jalan tapi Memble Soal Atur Lalu Lintas

16 September 2024   20:26 Diperbarui: 18 September 2024   07:47 445
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seperti yang disoroti dalam laporan Bank Dunia, "Strengthening the Disaster Resilience of Indonesian Cities" (2019), perencanaan infrastruktur yang lebih baik dan terintegrasi dengan manajemen risiko bencana dapat mengurangi kerentanan kota-kota kita terhadap krisis, termasuk kemacetan parah yang melumpuhkan.

Analogi sederhana untuk memahami fenomena ini adalah membayangkan infrastruktur transportasi sebagai sistem pipa air.

Ketika permintaan air meningkat secara tiba-tiba melebihi kapasitas pipa, tekanan yang berlebihan akan menyebabkan kebocoran atau bahkan ledakan.

Demikian pula, ketika volume lalu lintas melonjak melampaui kapasitas jalan, kemacetan parah tidak terhindarkan.

Namun, perbedaan krusialnya adalah lonjakan permintaan transportasi seringkali dapat diprediksi berdasarkan pola historis dan kalender, sehingga seharusnya dapat diantisipasi dan dimitigasi melalui perencanaan yang cermat.

Solusi Sementara vs Perencanaan Jangka Panjang

Sayangnya, respons pemerintah terhadap kemacetan seringkali bersifat reaktif dan sementara, daripada proaktif dan sistematis.

Contohnya adalah penerapan sistem satu arah atau "one way" saat arus balik libur panjang.

Meskipun kebijakan ini mungkin memberikan sedikit kelegaan sesaat, pada akhirnya ia hanya menggeser masalah ke tempat lain dan tidak mengatasi akar penyebab kemacetan.

Ibarat minum obat pereda nyeri untuk menyembuhkan penyakit kronis, solusi semacam ini hanya menyamarkan gejala tanpa menyembuhkan penyakitnya.

Yang kita perlukan adalah perencanaan infrastruktur transportasi yang terintegrasi dan berwawasan jangka panjang.

Studi "Transportation Policies for Jakarta's Congestion" oleh Sitanggang dan Saribanon (2017) menekankan pentingnya kebijakan transportasi yang komprehensif dan saling terkait.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun