Alih-alih melakukan "tambal sulam" secara sporadis, Pemerintah harusnya mengembangkan rencana induk transportasi yang mempertimbangkan berbagai aspek seperti tata ruang, penggunaan lahan, dan proyeksi pertumbuhan populasi.
Lebih jauh, kita membutuhkan pergeseran paradigma menuju pendekatan yang lebih holistik dalam manajemen transportasi.
Selama ini, fokus pemerintah terlalu sempit pada pembangunan jalan dan infrastruktur fisik.
Namun, mengutip pepatah lama, kita tidak bisa menyelesaikan masalah dengan pola pikir yang sama dengan yang menciptakannya.
Kita perlu memperluas perspektif kita dan mempertimbangkan aspek-aspek non-fisik seperti perilaku pengguna jalan, insentif ekonomi, dan pengaturan tata ruang.
Hanya dengan memahami interaksi kompleks antara sistem sosial dan teknis, seperti yang ditekankan oleh Teori Sistem Sosio-Teknikal, kita dapat merumuskan solusi transportasi yang efektif dan berkelanjutan.
Menuju Solusi Berkelanjutan
Untuk keluar dari jebakan kemacetan yang terus berulang, pemerintah perlu mengambil langkah-langkah strategis menuju solusi transportasi yang berkelanjutan.
Pertama-tama, kita harus meningkatkan kapasitas perencanaan kota dan transportasi.
Ini berarti memperkuat sumber daya manusia dan kelembagaan yang terlibat dalam proses perencanaan, serta mengadopsi pendekatan perencanaan yang lebih partisipatif dan berbasis data.
Dengan melibatkan berbagai pemangku kepentingan dan memanfaatkan data yang akurat, kita dapat mengembangkan rencana transportasi yang lebih responsif terhadap kebutuhan masyarakat dan lebih tangguh dalam menghadapi perubahan.
Kedua, kita perlu meningkatkan investasi dalam transportasi massal dan infrastruktur alternatif.