Mohon tunggu...
Aidhil Pratama
Aidhil Pratama Mohon Tunggu... Administrasi - ASN | Narablog

Minat pada Humaniora, Kebijakan Publik, Digital Marketing dan AI. Domisili Makassar.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Sekolah Eskalator, Jembatan menuju Pendidikan Holistik dan Pengentasan Kemiskinan

28 Agustus 2024   10:00 Diperbarui: 28 Agustus 2024   10:04 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sekolah binaan astra dengan konsep sekolah eskalator raih juara di Festival Pendidikan Astra 2023(IST Kompas.com) 

Konsep sekolah eskalator 12 tahun yang diusulkan untuk diterapkan di Indonesia membawa angin segar bagi dunia pendidikan tanah air. 

Sistem yang mengintegrasikan jenjang pendidikan dasar hingga menengah dalam satu kesatuan berkelanjutan ini menjanjikan pengalaman belajar yang lebih koheren dan mengurangi stres siswa akibat ujian seleksi antar jenjang. 

Namun, seberapa relevan dan efektifkah konsep ini jika diterapkan di Indonesia?

Salah satu aspek krusial yang perlu diperhatikan adalah dampaknya terhadap tingkat stres dan motivasi belajar siswa. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ivana Grace Sofia Radja dkk, kualitas pendidikan di daerah pedesaan Indonesia masih menghadapi berbagai tantangan, termasuk kurangnya fasilitas memadai dan sulitnya akses pendidikan. 

Penerapan sistem eskalator berpotensi mengurangi hambatan akses antar jenjang pendidikan, sehingga dapat menurunkan tingkat stres siswa terkait transisi ke jenjang yang lebih tinggi.

Namun, penting untuk dicatat bahwa stres dalam pendidikan tidak selalu berdampak negatif. 

Menurut studi yang dilakukan oleh Ega Tri Ramadona, tingkat stres yang moderat justru dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. Oleh karena itu, penerapan sekolah eskalator perlu diimbangi dengan tantangan akademis yang tepat untuk mempertahankan motivasi belajar siswa.

Aspek lain yang perlu diperhatikan adalah dampak kurikulum terintegrasi terhadap pengembangan bakat dan minat siswa. 

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) telah melaporkan dampak positif dari fleksibilitas Kurikulum Merdeka dalam mengembangkan metode pembelajaran yang inovatif dan relevan. Konsep sekolah eskalator dapat memperluas peluang ini dengan menyediakan kontinuitas kurikulum selama 12 tahun.

Integrasi kurikulum, seperti yang dijelaskan dalam penelitian di MTs Nurul Qornain Sukowono Jember, memungkinkan pengembangan kurikulum yang lebih holistik, mencakup aspek akademis, karakter, kecakapan hidup, dan pendidikan seni budaya. 

Pendekatan ini berpotensi memberikan ruang lebih luas bagi siswa untuk mengeksplorasi dan mengembangkan bakat serta minat mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun