"Sebentar lagi. Aku akan mengenal kalian. Kisahmu tentangnya membuatku susah untuk tidak ikut ke Jogja! Tapi ini bisa kamu tolak," jelas Aven dengan wajah penuh pengharapan.
"Iya. Tapi ini bukan tujuan yang sudah punya arah pasti!" seru Lalang.
"Perjalanan ini sudah pasti. Tinggal kita menuju ke sana. Apa aku boleh ikut denganmu?" Aven tidak ingin menyerah.
"Kita ini asing?"
"kamu tidak salah. Aku sudah terlanjur sangat tergila-gila untuk ikut denganmu."
"Kamu serius? Apa yang bisa kamu jaminkan untukku?"
"Aku tidak punya apa-apa. Aku hanya punya keyakinan!" tegas Aven. Lalang merenung sejenak. Kemudian bersuara lagi.
"Kita harus lewat mana untuk sampai di stasiun kereta?"
"Kita?" Aven terkejut lagi. "Jadi?"
"Apa kita harus menunda waktu lagi?"
"Kita naik bus. Aku ada teman baik di Kertosono. Jika berkenan, kita bisa mampir di sana sejenak. Ia dan keluarganya pasti akan sangat senang jika kamu berkenan mampir ke rumahnya. Aku jamin, kamu pasti suka. Mereka ramah. Baik. Semuanya, pokoknya," jawab Aven panjang. Lalang memikirkan sesuatu.