Mohon tunggu...
Mustofa Ludfi
Mustofa Ludfi Mohon Tunggu... Lainnya - Kuli Tinta

Bapak-bapak Beranak Satu :)

Selanjutnya

Tutup

Roman

Siluet-Buku I (Tuhan Maha Pemberi Kejutan)-6

29 Agustus 2024   10:54 Diperbarui: 31 Agustus 2024   13:08 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Emang, berapa umurnya saat ini?"

"Lebih dari dua puluh tahun."

"Ia sudah dewasa. kenapa khawatir?"

"Ia beda. Tidak sama dengan yang lain!" Lalang berseru. Jawabannya membuat Aven terpancing.

"Ia seperti apa? Apa yang membuatnya beda?"

"Rumit. Tidak mudah dijelaskan. Banyak yang tidak bisa menerimanya. Penjelasan tentangnya!" 

"Bagaimana ia?" Aven seolah tidak peduli dengan seruan Lalang tentang kemisteriusan Cemara. Ia tidak ingin menyerah.

"Tidak masuk akal, unlogic," jawab Lalang tegas. Aven semakin menjadi-jadi.

"Aku ingin mengenalnya, jika saja bisa, dan tentu saja boleh," kata Aven memohon. Lalang tidak bisa menjelma tembok lagi. Ia berkenan, kali ini.

"Ia selalu bilang, Ia hidup di rumah kaca. Ia bosan. Jenuh." Suara Lalang terdengar berat. Terlihat ada sedikit keengganan membuka cerita tentang Cemara. Tapi ia harus bercerita. Bara api tidak bisa disimpan terus di dada.

"Rumah kaca? Saling memantulkan bayang?" tanya Aven terkejut. Suaranya sedikit keras. Lalang memakluminya. Ia lanjut bercerita. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Roman Selengkapnya
Lihat Roman Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun