Â
Aroma angel heart menguasai semuanya. Indera penciumannya bekerja lebih giat lagi. Aven terkesiap. Tapi juga kaku. Nggak ngerti musti ngapain.Â
Â
Perempuan itu tampak sengaja memilih mematung. Pandangannya lurus ke depan dan kosong. Jalan berkelok itu memang kosong. Bus melaju sendiri. Tidak ada yang mengganggu. Riak-riak kecil disikat semuanya.Â
Â
Aven tidak ingin berhenti mengamati. Ada yang aneh di perepmpuan itu. Bukan. Bukan seperti yang terjadi pada Mirna. Ini bedea. Ngeri. Gelap. Guntur. Meledak-ledak. Apa yang sedang bergemuruh di hatimu?Â
Â
Tetiba saja Kun datang. Duduk menguasai di antara mereka. Kun adalah laki-laki pemerkosa kopi. Tapi dalam situasi seperti itu, Kun sangat bisa diandalkan. Ia akan selalu mempunyai banyak cadangan kalimat. Ia selalu yang bisa mencairkan keadaan. Meski sudah membeku, dan bahkan membatu. Tapi lelaki tambun itu pamit pergi lagi. Siluet punggungnya menggoda Aven. Ia raih. Tapi raib.
Â
Ah. Andai Kun tak pergi. Lalu, ikut bersamanya dalam bus itu. Praktis, situasi akan berbeda. Aven berkelakar. Setan! Andai mahkluk itu, Kun, menderita stroke dan diharamkan minum kopi.Â
Â