Â
Aven segera membuat perkiraan. Dengan memasuki Pait berarti satu setengah jam lagi ia akan sampai di Jombang. Angka digital yang ada di ponselnya menunjukkan Sembilan. Tidak kurang tidak lebih.
Â
Aven merasa tidak pantas lagi duduk sendirian di bokong bus. Memilih pindah dan duduk di kursi tengah adalah opsi yang paling baik. Ia bergegas menuju kursi tengah. Begitu duduk, Aven tersenyum puas.
Â
Tidak beberapa lama. Bus memelankan lajunya. Ada perempuan. Kira-kira seumuran dengannya. Melambaikan tangan. Bus berhenti tepat di depannya. Jerit suara kondektur mengejutkan hamper seisi bus.
Â
Perempuan itu segera naik. Bus melaju lagi. Ia sedang memilih kursi yang paling nyaman. Di barisan kursi tengah, hanya kursi sebelahnya saja yang kosong. Perempuan itu akan duduk di bokong bus seperti ia sebelumnya. Ia sadar. Ia harus dihindari. Sebab, semua mafhum. Penampilannya ketika itu lebih mirip intel yang menyamar preman ketimbang sebagai backpacker.
Â
Tapi Aven salah. Perempuan itu memilih duduk di sebelahnya. Ia tersenyum syukur. Tuhan sungguh Maha Adil. Tuhan mengobati semua penderitannya sejak tadi. Bahkan jejak dikepung bau sayur busuk dan asap rokok masih tampak jelas di sekujur pakaiannya.
Â