Mohon tunggu...
Ai Tigapuluh
Ai Tigapuluh Mohon Tunggu... wiraswasta -

nonaktif

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Menangkap yang Terpantul

8 Desember 2014   22:35 Diperbarui: 17 Juni 2015   15:46 8
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

:anjani

Cermin semesta astagina boleh menelan kata-kata,

sepasang mata jernih akan tetap utuh menyala;

serangkum tembang akan tetap runtun mengalir;

serapal doa akan tetap jadi mata air: tumpah ruah di kolam jiwa.

Ketiadaan terlalu fana untuk menahan laju
segala suratan baka yang tertanam di tubuhmu,

segala macam duka tak cukup punya daya lenting
untuk mengubah arahnya

sementara kaca-kaca airmata hanya pecahan tanpa semburat.

kaulah kemudi, tempuh saja penyerahan diri

pintal dan pantulkan inti semadi ke muka telaga:

manunggal ke dalam yang baku dan baka.

sementara biar kuserap nilai-nilai sampai meresap tunai.

Kucerna hidup dari selembar daun sinom
yang melabuhkan jabang bayi ke dalam rahimmu:

cermin semesta memantulkan pandum secara utuh.

kau boleh menangkap dari sudut mana saja.

ia takkan terburai seperti tangis ibumu.

***

(Sungai Buluh, 5-6 November 2014)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun