Mohon tunggu...
Ahyar Stone
Ahyar Stone Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Setiap perjalanan adalah pelajaran, karena itulah, perjalanan paling buruk sekalipun, tetap membawa pelajaran yang baik (Ahyar Stone)

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Lelaki di Tengah Hujan: Novel Sejarah Melawan Arus yang Pantas Difilmkan

22 Maret 2019   10:59 Diperbarui: 22 Maret 2019   12:07 8524
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bujang Parewa dan teman-teman lalu mendirikan Partai Rakyat Demokratik (PRD) beserta sejumlah organisasi di bawahnya. Di mata Suharto dan pendukungnya, kehadiran PRD merupakan pelanggaran tak termaafkan. Sesuai peraturan, hanya Golkar, PPP dan PDI yang boleh ada. Haram muncul Parpol lain.

Sejak saat itulah, segala peristiwa politik di tanah air, selalu dikaitkan-kaitkan dengan PRD. Mereka dituduh dalang kerusuhan, subversif, dan dicap PKI. Parewa dan teman-temannya, diburu aparat keamanaan.

Di persembunyian, Bujang Parewa dan teman-temannya, masih berjuang. Selain melancarkan gerakan bawah tanah untuk menumbangkan Suharto, mereka juga menyiapkan puluhan bom yang hendak diledakan di pusat kekuasaan. Tapi naas, bom itu malah meledak di markas mereka. Meledak sebelum waktunya. Meledak sebelum diledakan.

Markas mereka di rumah susun Tanah Tinggi, Jakarta Pusat, berantakan. Bujang Parewa tertangkap. Setelah diamuk massa, ia disiksa aparat, lalu dijebloskan ke penjara dan mendapat siksaan yang lebih pedih.

Beberapa waktu kemudian, teman Bujang Parewa ada yang tertangkap dan juga disiksa. Namun semangat juang Bujang Parewa dan para sohibnya tak pernah padam. Di penjara, para aktifis mahasisawa itu berteman dengan napi-napi kasus kriminal, lalu memberikan pendidikan politik  untuk mereka.

Di luar penjara, teman-teman Bujang Parewa yang tak tertangkap, terus bergerak. Aksi mahasiswa tambah meluas dan mendapat dukungan dari tokoh-tokoh nasional. Suharto akhirnya lengser. Sejarah kemudian mencatat peristiwa ini sebagai reformasi.

Tumbangnya Suharto disambut gegap gempita oleh segenap rakyat Indonesia, dan bahkan dunia Internasional. Orde Baru telah terkubur. Digantikan Orde Reformasi yang lebih menjanjikan masa depan. Para pelalu reformasi dielu-elukan karena dianggap berjasa besar.

Masih di suasana eforia reformasi, dalam sebuah persidangan di bulan November 1998, Bujang Parewa divonis bebas. Menyusul temannya yang lebih dulu dibebaskan. Malamnya para tahanan menggelar acara perpisahan untuknya. Pagi harinya Bujang Parewa keluar dari penjara. Semua tahanan berkumpul di lorong-lorong dan berteriak, "Selamat jalan tahanan politik terakhir!"

Di luar penjara, ternyata tak seorang pun menyambutnya. Tak ada sorotan kamera wartawan. Hanya hujan lebat yang menyongsong kebebasannya. Bujang Parewa tak hendak berteduh. Ia terus melangkah dalam dekapan hujan.


***

LELAKI DI TENGAH HUJAN memang novel yang menarik. Kita disodorinya pelajaran tentang setia kawan, setia pada cita-cita perjuangan, konsistensi untuk meraihnya, dan pelajaran berharga lainnya tanpa kita merasa digurui. Penyajian cerita melalui bahasa yang mudah dipahami, juga menjadi kekuatan yang menambah bobot novel ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun