Mohon tunggu...
Ahyarros
Ahyarros Mohon Tunggu... Administrasi - Blogger | Editor book | Pegiat literasi dan Perdamaian |

Blogger | Editor book | Pegiat literasi dan Perdamaian |

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Marwan, Perintis Pendidikan Lereng Rinjani #Santri

25 Oktober 2015   08:47 Diperbarui: 2 November 2015   10:10 287
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Marwan, Perintis Pendidikan Lereng Rinjani (Sumber foto, Liputan6)"]

[/caption] 

Tiga tahun lalu di acara “Obrol Bareng, Kampung Media”, bertempat di Pendopo Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB), saya bertemu dengan seorang Marwan Hakim (guru desa) yang waktu itu dinobatkan sebagai tokoh menginspirasi dalam bidang pendidikan oleh Indonesia Satu Awards yang diselenggarakan Astra Indonesia.

Bersama ratusan warga Kampung Media waktu itu, Saya banyak mendengar ketar-ketir bagaimana sosok, Marwan anak pesantren mengajar dengan berbagai macam keterbatasan lantas tak membuat ia untuk berkecil hati dan meratapi keadaan. Segala keterbatasan ia jadikan sebagai peluang untuk mengajarkan kebaikan dan pentingnya pendidikan untuk warga di kampungnya.

Marwan hanya seorang lulusan Madrasah Ibtidakiyah, Namun ia mampu berbuat di atas rata-rata orang yang pernah mengenyam pendidikan tinggi. Yuk simak kisah Marwan,    

“Saya sedih menyaksikan anak-anak putus sekolah, nikah usia dini dan sebagian dari anak putus sekolah di desa memilih menjadi Tenaga Kerja Indonesia (TKI). Tak banyak anak-anak desa yang mau belajar di sekolah. Ketiadaan sekolah membuat anak di desa saya mengenyam pendidikan. Saya mulai membangun pesantren untuk mendidik mereka. Kalau bukan kita, siapa lagi yang bisa diharapkan”. Cerita Marwan Hakim.

Di depan madrasah (Pondok Pesantren) itu, berdiri sosok pemuda yang akrab disapa Marwan Hakim (35). Seorang jebolan pesantren yang sepanjang hidupnya berjuang untuk memajukan pendidikan untuk anak putus sekolah di desanya. Perjuangannya mengajak anak-anak di kampungnya untuk bersekolah di tengah kesulitan untuk mendapatkan pendidikan seperti desa lainnya.

Terletak di kaki lereng Gunung Rinjani, hingga jalan untuk menempuh kampung Marwan berjibaku dengan bebatuan, berlubang dan berdebu. Tak membuat ia mengurungkan niat untuk mengajar anak-anak di Desa Perape yang terletak di kaki Gunung Rinjani, Lombok Timur ini. Ketika hendak mendirikan pesantren sederhana.

[caption caption="Bersama Marwan dan Kampung Media, NTB (Foto, Ahyar ros)"]

[/caption]

“Saya pernah dicekal oleh pemerintah desa, waktu itu tidak ada dukungan sama sekali untuk memajukan pendidikan lewat pesantren. Apalagi membagun pesantren untuk warga di desa”. Cerita Marwan, sambil mengenang masa lalunya.

Tidak adanya bantuan dari pemerintah desa, lantas tidak membuat Marwan patah semangat. Dukungan dari masyarakat membuat ia terus bersemangat untuk menlanjutkan kegiatan belajar mengajarnya. Kemauan kuat membangun pondok pesantren bermula setelah menempuh pendidkan di Pondok Pesantren Darul Falah, Pagutan, Kota Mataram.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun