Mohon tunggu...
Ahonk bae
Ahonk bae Mohon Tunggu... Freelancer - Menulis Untuk Perdaban

Membaca, Bertanya & Menulis

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Artikel Utama

Cara Membaca Cuaca ala Petani Jawa Lewat Kalender

29 Desember 2022   08:57 Diperbarui: 30 Desember 2022   07:05 1843
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Petani yang sedang mengeringkan padi setelah panen/Dokpri

Akan ada banyak sekali pertanyaan mengenai tradisi, adat istiadat sampai dengan budaya yang dianut oleh masyarakat Jawa. Dari mulai tutur kata, bahasa, dan pola matematis dalam meniti kehidupannya.

Terdapat laku dan ajaran yang sampai saat ini masih diamalkan oleh kelompok masyarakat yang masih memegang teguh tradisi dan budaya tersebut.

Berangkat dari definisi yang menyatakan bahwa budaya merupakan hasil cipta, karya dan karsa manusia. Maka dalam membicarakan sekelumit warisan budaya Jawa tersebut begitu menyenangkan, selain banyak sekali preseden dan juga khazanah pengetahuan baru, bagi kaum muda saat ini khususnya, budaya Jawa juga menjadikan laku hidup lebih membumi. Hal ini sudah barang tentu banyaknya nilai kosmologi yang terdapat dalam budaya Jawa tersebut. 

Hal unik yang sampai saat ini seringkali terdengar ialah sebuah hitungan weton, neptu dan yang satu rumpun dengannya. Mengapa hal itu terjadi?

Masyarakat yang masih memegang teguh budaya Jawa meyakini bahwa hitung weton atau neptu tersebut berpengaruh terhadap kehidupan seseorang, seperti halnya menyangkut keberuntungan atau kesialan (baca; nahas). Ditarik kepada hitungan tersebut, kalender.

Peran penting kalender memiliki pengaruh terhadap masyarakat jawa, dalam penentuan hari misalnya.

Dengan menggunakan kalender Jawa sebagai media dalam menentukan hari setelah mengetahui neptu dan juga weton maka muncullah peran dan fungsi dari kalender tersebut.

Kemudian pada masa lalu juga masyarakat Jawa sudah mengenal kalender, baik kalender Jawa kuno atau kalender Jawa baru, untuk menandai segala bentuk aktivitasnya. Atau biasa disebut dengan Pranata Mangsa.

Kalender Pranata Mangsa atau yang disebut juga dengan kalender musim tersebut telah digunakan sejak 22 Juni 1856 yang konon dipelopori oleh Pakoeboewono VII dan diperbaharui oleh Sri Paduka Mangkunegara IV.

Kalender Pranata Mangsa sudah barang tentu kalender dijadikan sebuah 'pakem' pada dunia agraria/pertanian atau bahari/kelautan dan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) yang kiprah awalnya berangkat dari pengamatan yang dilakukan oleh Dr. Onnen, Kepala Rumah Sakit di Bogor pada 1841.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun